"Median, apakah kau sudah memanggil teknisi? AC sebelah sini masih tidak mau menyala juga. Aku benar-benar kepanasan!" seru Ramon yang terlihat frustrasi dengan pendingin yang mati sejak kemarin.

"Aku sudah memanggilnya tadi, sebentar lagi ia datang. Kau pikir pekerjaannya hanya di sini saja?" jawab Median yang tidak kalah frustrasinya dengan Ramon.

"Ternyata di sini ramai juga, ya. Di ruanganku hanya Lisa saja yang bisa kuajak bicara dan dia orangnya pendiam. Tidak seru," kata Nona Beatrix yang ternyata masih belum keluar dari ruanganku. Sepertinya ia tidak berniat untuk pergi.

Mataku melebar ketika aku melihat Erika berjalan masuk ke ruangan ini dengan tangga lipat kecil dan juga kotak perkakas di tangannya. Mulutnya memakan permen gagang dan ia melangkah masuk ke ruangan dengan santainya.

"Yo Erika, tidak kusangka kau yang akan menangani AC di sini," kata Keane yang terlihat senang melihat teman kecilnya itu melenggang masuk.

"Temanku sedang sibuk dengan pekerjaannya, jadi aku yang menggantikan di sini," jawabnya tanpa beban, "Di mana yang perlu kuperbaiki?"

Tiga orang pria di sana langsung menunjuk bersamaan ke arah pendingin yang rusak. membuatku ingin menenggelamkan mereka di dasar laut. Seketika itu juga Erika langsung berjalan ke arah pendingin, menegakkan tangga lipat yang dibawanya dan menaikinya untuk mengecek kerusakan yang dialami pendingin itu.

"Kenapa kau tidak mengerjakannya di luar saja, Erika?" tukasku yang mulai merasa tidak nyaman dengan tatapan beberapa mata rekan-rekanku ke arahnya.

"Kau pikir bisa dengan mudah menurunkan benda ini dan membawanya keluar lalu membawanya dan memasangnya lagi di sini? Aku juga banyak pekerjaan lain. Lagi pula ini hanya kerusakan kecil saja," jawabnya yang begitu tajam kepadaku.

"Aku hanya memberi saran agar kau tidak mengganggu pekerjaan orang yang ada di sini," sahutku yang tidak mau kalah. Berusaha menutupi alasan sebenarnya karena aku tidak ingin mata para pria di ruangan ini terus menatapnya.

"Terima kasih atas sarannya, tapi aku tidak memerlukan itu." ujarnya sebelum ia fokus dengan pekerjaannya.

Melihatnya yang cekatan dengan benda-benda seperti itu membuatku menyadari kalau ia tidak main-main dengan ucapannya yang mengatakan kalau membetulkan mesin seperti itu adalah pekerjaan yang sangat mudah. Sulit dipercaya kalau gadis itu jauh berbeda dengan dirinya yang kukenal di masa lalu. Seolah kematian kakaknya itu membawa dampak yang sangat signifikan terhadap dirinya.

Kulihat Nona Beatrix sudah kembali ke tempatnya bekerja di gedung tiga dengan gaya menggelikan yang membuatku tidak habis pikir kenapa banyak pria yang menyukainya.

Tak seberapa lama, Erika sudah menyelesaikan pekerjaannya di ruanganku. Hal itu tak kusadari sampai kulihat ia merapikan semua peralatan yang ia bawa dan keluar dari ruangan. Melihat punggungnya pergi sebelum keluar meninggalkan ruangan entah mengapa membuat perasaanku tidak tenang. Seakan sesuatu yang buruk akan terjadi pada gadis itu. Kuharap itu hanya perasaanku saja karena meski selalu mengejeknya dengan ucapan yang terkadang kasar, aku tahu kalau ia pasti akan baik-baik saja.

*****

Masalah mengenai Laboratorium dan juga perpustakaan yang sistemnya dirusak oleh Reaper telah selesai ditangani. Sehingga aku maupun rekan-rekanku yang lain tidak perlu bekerja ekstra.

Sampai sekarang aku masih belum tahu apa sebenarnya tujuan dari hacker yang paling menjadi buah bibir itu. Mengapa ia merusak sistem tanpa mengambil data penting ataupun sesuatu yang biasa para hacker kerjakan? Ia hanya merusak tanpa ada alasan yang jelas. Kemudian setelah kerusakan yang dilakukannya, Kepala Direktorat selalu memberikan data baru untuk memerbaiki sistem yang rusak. Alasannya, data yang diberikannya memiliki keamanan yang jauh lebih meyakinkan dibandingkan dengan keamanan lama di dalam gedung ini.

REAPER (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now