TUJUH

25 0 2
                                    

Suasana rumah sakit cukup lengang siang itu. Ruang IGD juga tak sibuk. Hening. Sayup-sayup suara dokter dan perawat saling berbincang sehingga dapat Airin dengar. Bahkan bunyi detak jam dinding dan alat kardiaka di bangsal samping tempat tidurnya juga mulai jelas di telinganya.

Airin lupa apa yang terjadi. Yang ia ingat hanyalah ia meminum obat tidur untuk beristirahat karena seharusnya hari ini dia.....

Drama!

Airin langsung terbangun dari tempat tidurnya. Perawat yang menjaga pun langsung menghampiri Airin dengan kaget.

Pening. Kepala Airin berat. Airin kembali terkulai lemas.

"Ada apa, Mbak?" kata perawat menghampiri Airin.

"Saya udah boleh pulang belum, Sus? Saya harus ke kampus." Tanya Airin lemas.

"Belum boleh, Mbak. Keadannya belum memungkinkan. Di sini dulu ya." Jawab perawat itu.

Airin mengangguk pasrah. Ia kembali terkulai. Pasti mamanya yang membawa dia ke rumah sakit milik ayahnya.

"Airin, kenapa kamu, Nak?" tiba-tiba ayahnya datang meski seharusnya berada di Surabaya.

"Gapapa, Yah.. tadinya cuma minum obat tapi ternyata dosisnya kebanyakan ya. Hehe." Jawab Airin kaku.

"Ya ampun! Mama kamu mana?" tanya ayahnya khawatir.

Airin mengedikkan bahu. "Kerja, mungkin?"

"Anak lagi sakit masih aja kerja. Mamamu tuh gak pernah berubah! Gila kerja!"

"Ya ya ya... Airin gak mau bahas, Yah." Timpal Airin malas. Tak seharusnya masalah keluarga diperbincangkan di tempat umum.

"Oh, iya, Nak. Maafin ayah." Kata ayahnya minta maaf.

"Kamu mau makan apa?" lanjut ayahnya lagi.

"Gak laper, Yah..."

"Tapi harus makan. Ayah beliin bubur ya?" tawar ayahnya.

Airin menggeleng. Tidak mau.

"Ayah beliin dulu ya." Katanya berjalan keluar IGD.

"Sus, entar Airin dirawat aja. Biar istirahat dulu." Kata ayah Airin sebelum keluar ruang IGD.

"Oh, iya boleh, Pak." Jawab perawat yang bertugas.

"Enggak, suster, gak usah." Kata Airin mengelak. "Sore ini juga saya udah mendingan."

"Airin!" kata ayahnya melotot.

"Enggak, Ayah. Airin punya banyak urusan di kampus, gak bisa ditinggal." Lanjut Airin lagi.

"Gak apa-apa sih, Pak kalo gak dirawat juga. Nanti di resepin vitamin sama dokternya." Kata perawat.

"Iya boleh, Sus." Timpal Airin.

"Ya udah ayah beli makanan dulu." Kata ayah Airin melenggang pergi.

Airin mengangguk. Akhirnya menurut juga.

***

"Airin masih belum ada kabar?" tanya Audri di sela break istirahat latihan.

"Belum..." jawab Haura.

"Airin tuh sebenernya kenapa, sih? Dia gak kayak biasanya. Jadi kaku. Padahal seinget gue, dia anak yang cepet adaptasi loh." Timpal Audri kebingungan.

Haura mengedikkan bahu.

"Emang pengaruh mantannya sebesar itu ya? Setelah putus deh kayaknya dia jadi begini." Lanjut Audri lagi.

S K I L O V R E N I AWhere stories live. Discover now