14. My Dearest is A Programmer-教えて

Start from the beginning
                                        

“Ngapain kamu ngajak aku kesini ??” tanya Abel saat Ardian mengajaknya masuk ke salah satu kedai ice cream yang baru saja di buka di kawasan Senayan City. Seingatnya Ardian bukan pencinta ice cream, dia bahkan tidak suka makanan manis.

“Kamu masih suka ice cream kan ??” tangan kiri Ardian mengapit laptop dan tangan kanannya membuka pintu kaca lalu ia membiarkan Abel masuk terlebih dahulu.

“I-iya...” jawab Abel gugup, karena dalam hati dia yakin Ardian tidak mengingat makanan ataupun minuman favoritnya.

“Makanya aku ngajak kamu kesini, sekalian aku mau ngerjain codingan buat aplikasi.” Matanya menjelajah mencari tempat kosong. Ardian pun berjalan mendekati sebuah meja di dekat kaca besar yang memperlihatkan jalan raya di bawahnya. Sebenarnya Ardian ingin mengajak Abel ke restoran seafood yang berada satu lantai di atas kedai ini, namun saat melihat tulisan ‘Free Wifi’ Ardian langsung mengubah arahnya.

Ardian langsung membuka laptopnya saat sudah menemukan posisi duduk yang nyaman, sedangkan Abel duduk dengan gugup di depan Ardian. Mereka hanya terhalang sebuah meja kayu kotak dengan diameter sekitar 90 sentimeter. “Kok nggak pesen ??” Ardian tidak mengalihkan perhatiannya dari layar laptopnya.

“Eh ??” Abel masih asyik memperhatikan interior kedai yang dipenuhi barang-barang era Victoria.

Ardian langsung mengangkat tangannya, seorang waitress mengenakan baju maid ala Victoria dengan potongan rok pendek menghampiri meja mereka. “Matcha ice cream satu, ice coffee tanpa gula satu.”

Waitress itu segera mencatat pesanan Ardian, “Ada tambahan ??”

“Enggak.” Ardian berujar dengan lempeng bahkan tidak melirik sedikitpun pada waitress yang mengenakan pakaian mini itu. Abel mengerjapkan matanya menyadari tingkah ajaib Ardian. Laki-laki itu seperti sebuah komputer, dapat melakukan dua tugas sekaligus dalam waktu bersamaan.

“Ar.” Panggil Abel pelan, mata Abel mengikuti waitress yang berjalan menuju pantry

“Hm ??” Ardian menggerutu pelan, dia lupa meminta password wifi.

“Aku mau nanya, boleh ??” tanya Abel ragu saat menyadari gerutuan Ardian.

“Nanya aja, aku bakal jawab kalo bisa, kalo ngga nanti kita cari di Google atau buku jawabannya.” Ardian sedikit merendahkan layar laptopnya dan menatap Abel dengan lembut dari balik kacamatanya. Abel membatin medengar jawaban Ardian.

“Permisi, Matcha ice cream dan ice coffee tanpa gulanya.” Seorang laki-laki bertubuh tinggi mengenakan pakaian butler mengantarkan pesanan Ardian. Abel memperhatikan penampilan laki-laki itu dengan saksama, rambut laki-laki itu tersisir rapi ke belakang mengingatkan Abel pada Sebastian Michaelis saat menjadi butler Lady Ciel dipesta Viscount Druit.

“Kalo boleh tau password wifi kedai ini apa ??” Ardian menggeserkan sedikit ice coffee nya aga bisa membuka laptop.

“Nama kedai ini, My Lord,” Ardian langsung mengetikan password wifi dan menganggukan kepalanya. “Ada yang bisa dibantu lagi, My Lord ??”

“Nggak ada, terima kasih.” Butler itu tersenyum pada Abel, tanpa sadar Abel ikut tersenyum. Senyum butler itu terlihat manis apalagi kedua lesung pipinya terlihat dengan jelas seperti milik Ardian.

“Masa SMA kamu gimana ??” tanya Abel setelah butler itu pergi.

Ardian menaikan alis kanannya, “Biasa aja sih engga ada yang spesial, kenapa emang ??”

“Ceritain dikit dong, aku kan taunya cuma pas kamu udah di Korea. Kamu engga pernah nyeritain hidup kamu sebelum di Korea.”

Ardian menopang dagunya dengan tangan kanannya, “Aku pas SMA biasa aja, atau mungkin aku bisa disebut, nerd ??” Abel menyendokan ice cream macha ke dalam mulutnya. “Aku cuma punya temen dikit, bukan temen sih kaya cuma kenalan aja. Sisanya aku lebih sering ngabisin waktu sama Fandi, kita sekelas tiga tahun berturut-turut.”

Abel mengangguk-anggukan kepalanya, “Terus kamu pernah pacaran atau apa gitu ??”

“Aku kan udah pernah bilang, aku ngga pernah pacaran. Tapi pernah sih suka sama cewek, tapi cuma suka-suka ngga jelas gitu. Pas lagi sekolah sih aku ngga kepikiran yang lain selain belajar, gatau deh kaya yang udah dilock gitu mind set aku.”

“Kamu engga menikmati masa sekolah dong ??” celetuk Abel, karena seingatnya masa sekolah adalah masa dimana dia bebas bermain dan pergi kemanapun dengan teman-temannya. Belajar menjadi prioritas kedua.

“Aku menikmati, apa lagi pas SMP aku cuma dua tahun, aku bisa nyusul Fandi yang masuk sekolah lebih dulu. Aku juga sering hangout kalo weekend sama Fandi atau abang aku, paling sesekali sama temen sekelas.”

“Kamu pernah hangout sama Rezvan ??”

Mata Ardian bergerak sedikit gelisah, dia berusaha mengingat-ngingat nama itu, “Kayanya enggak pernah deh, dia cukup populer waktu itu engga kaya aku.” Ardian meminum sedikit kopi digelasnya dengan sedotan. “Kamu kenal Rezvan ??”

Abel mengangguk antusias, “Dia kakak aku.”

“Anak Om ??”

“Bukan, dia kakak aku yang beliin wallpaper di rumah. Sebenernya lebih cocok disebut temen sih, tapi katanya biar lebih deket aku manggil dia kakak.”

“Tunggu... Rezvan yang kita maksud ini Rezvan Sanjaya yang hobi fotografi, kan ??” Ardian mengingat teman sekelasnya yang paling tinggi itu, walau hanya berbeda beberapa senti darinya. Ardian ingat jika dia pernah sekelompok dengan Rezvan saat penelitian di alam, Rezvan selalu membawa kamera dslr untuk memotret berbagai objek penelitian. Ardian juga ingat jika Rezvan cukup populer diantara para gadis di sekolahnya karena wajahnya yang cukup tampan, kemampuan fotografinya yang bagus, dan juga anggota osis.

Abel hanya menangguk, “Kenapa kamu bisa kenal sama dia ??”

“Kita sering ke event bareng dan kita satu universitas.”

Ardian terdiam, ’Jadi foto-foto di website Abel itu, si Rezvan yang ngambil ??’ Tapi perasaan tidak enak hinggap pada hatinya menyadari Abel yang begitu dekat dengan Rezvan, meskipun Abel menganggapnya kakak belum tentu Rezvan juga menganggapnya begitu. Mungkin Ardian harus bertemu dengan Rezvan dan mengucapkan terima kasih karena sudah membantu Abel selama ini, dan juga memeriksa kebenaran perasaan teman lamanya pada Abel.

TBC

My Dearest is A ProgrammerWhere stories live. Discover now