14. My Dearest is A Programmer-教えて

Mulai dari awal
                                        

Seingatnya, kawan-kawannya itu akan kembali sekitar satu bulan lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seingatnya, kawan-kawannya itu akan kembali sekitar satu bulan lagi. Tapi mengapa mereka mendadak kembali minggu depan. Sungguh tidak logis alasan mereka.

“Bang Fandi kapan pulang ??” tanya Zea sambil menyimpan piring bekas roti ke tempat cucian piring.

“Hari Minggu,” Ardian membaca ulang pesan di grup, berjaga-jaga jika ia salah membaca. Namun tidak ada yang salah, teman-temannya akan pulang hari Minggu nanti.

“Aku ikut jemput ke bandara!!” seru Zea dengan bersemangat, “Bang Fandi janji beliin aku album barunya BTS ori sama tanda tangan membernya.”

“Oh gitu, engga dapet dari aku, kamu minta ke bang Fandi.”

“Ya abis mau ke siapa lagi ?? kakak kan pelit, aku minta dibeliin hanbok aja ampe itungan banget.” Enam bulan sebelum kepulangannya ke indonesia, Ardian diminta untuk membelikannya sebuah hanbok lengkap dengan berbagai aksesoris yang Ardian tidak mengerti fungsinya untuk apa. Zea ingin hanbok dari salah satu toko terkenal di Seoul, harganya nyaris dua juta rupiah. Ardian hanya menggeleng-gelengkan kepala saat hendak membayar, namun ia tetap membelinya.

“Bukan itungan dek, tapi kalo hidup di negeri orang kita harus bisa hemat.” Meskipun mendapatkan pengalaman yang bagus saat menetap di negara lain, tetap saja tidak senyaman berada di negara sendiri. Jumlah uang sakunya cukup besar jika dikonversikan ke rupiah, tapi tetap saja jumlahnya menjadi sedikit saat berada di Korea. Beruntunglah Ardian dan timnya sering mendapat project dengan nilai yang cukup besar.

“Kak, Ardian pacar aku mau ngikutin kakak jadi developer,” Ardian menaikan sebelah alisnya, “Aku jadi beda sekolah deh sama dia.”

“Terus ??”

Zea menggerutu pelan, “Kak Radit engga peka deh !! coba kakak bayangin, gimana kalo dia selingkuh disana ??”

“Ya kalo selingkuh tinggal kamu putusin, ribet banget deh.”

Zea melongo dengan jawaban kakaknya yang begitu datar tak ada emosi apapun disana, “Kak Radit mah gampang bilang gitu, kakak engga pernah jatuh cinta sih !!”

Ardian bangkit dan berjaln menunju tangga, namu tiba-tiba ia menghentikan langkahnya di anak tangga ketiga, “Zea Zilfanya Naira, kamu baru mau lima belas tahun, bukan waktunya kamu fokus buat cinta-cintaan. Sekarang harusnya kamu fokus persiapan masuk SMA, bukannya kamu mau masuk sekolah favorit ?? kalo kamu masuk kesana cuma karena pengen populer, udah nyerah aja itu ngga ada gunanya. Satu lagi, di dunia software developer jarang ada cewek.” Ardian melanjutkan langkahnya menuju ke kamar.

“Dasar kak Radit manusia program !! Mulut kak Radit perlu saringan !!!” teriak Zea dari lantai bawah.

Sejak dulu orang tua Ardian begitu mengharpkan kehadiran seorang anak perempuan, tiga kali ibunya mengandung namun selalu mengalami keguguran. Saat usia pernikahan mereka memasuki tahun ke lima belas ibunya melahirkan Zea. Karena begitu dinanti, Zea selalu dimanja dan mendapatkan pehatian berlimpah dari seluruh anggota keluarga, termasuk Ardian.

My Dearest is A ProgrammerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang