14. Kelelahan Hati

22 1 0
                                    

Langkah kaki yang melemah, memaksanya untuk terus beranjak pergi. Hati yang terus dipaksa untuk tegar. Pikirannya yang berusaha untuk melupakan kejadian pagi itu. Tapi tetap gak bisa. Abi sudah terlanjur sakit, seseorang yang ia cintai ternyata mengkhianatinya.

*

Keriuhan bandara sudah tak terdengar lagi ditelinganya, perut yang sudah meronta pun sudah tak ia pedulikan. Hanya ada keinginan untuk cepat pulang dan mengistirahatkan semuanya.

Panggilan penumpang untuk menaiki pesawat pun tak ia sadari, syukur orang disampingnya menghilangkan lamunannya itu. Abi segera menaiki pesawatnya dan mencari nomor kursinya, sesampainya ia langsung memilih untuk memejamkan mata.

Abi terkejut ketika pramugari membangunkannya, kondisi dalam pesawat sudah kosong, hanya sisa Abi yang tertinggal.

"Maaf mba, saya kelelahan.. hehee.." ujar Abi sambil tersenyum ke pramugari.
"Iya gak apa pak.." sahut Pramugari itu.

Aku segera keluar bandara dan memesan mobil travel untuk pulang. Sengaja handphone ku masih dalam kondisi mati. Karena aku yakin pasti ada chat Irna menanyakan ku, apakah aku ada di curug tadi.
Dua jam lebih perjalanan hingga sampai dirumah. Semua serba lelah. Ibu memanggilku saja tak ku hiraukan.
Aku yakin ibu pasti paham, bukan berarti aku anak yang durhaka.

Segera ku aktifkan handphone ku. Dan benar, banyak chat BBM serta SMS dari Irna. Aku masih malas untuk membuka dan membacanya. Aku masih perlu ketenangan.
Tak lama handphone ku berdering, ternyata Irna menelpon ku dan segera ku angkat.

"Assalamu'alaikum Kak.." salam dari Irna.

"Wa'alaikumsalam De.. tumben nelpon ..?" balas Ku.

"Gak apa kak.. Kakak dimana sih, BBM sama SMS ade gak ada dibaca sama dibalas..?" tanya Irna dengan nada mengeluh.

"Ohh iya hp Kakak dikamar de, kakak lagi ngumpul sama keluarga.." jawab Ku dengan penuh kebohongan.

"Oh gitu, ini masih ngumpul sama keluarga kah kak?" tanya Irna.

"Iya masih, tapi ini kakak dikamar. Gimana tadi di Curugnya..?" tanya Ku dengan penuh rasa sakit.

"Seru kak, hehee.. Ohh iya, tadi ade ada lihat cowok mirip kakak, ade kira itu kakak, terus ade panggil tapi gak noleh. Ternyata bukan.. Hehehe.. malu salah manggil orang" jawab Irna sambil tertawa.

Aku diam sejenak mengingat kejadian itu lagi. Irna gak salah memanggil orang, itu benar aku.
Cuma memang sengaja aku tak menghiraukan.

"Oh iya kah de, ini efek kangen kali sama kakak.. hehe.." jawab Ku dengan tertawa yang dibuat-buat.

"Hehe.. sepertinya gitu sih kak.." jawab Irna.

"Ini ade sudah balik dari Curug atau masih jalan-jalan..?" tanya Ku.

"Ini udah balik kok Kak. Ade siap-siap mau mandi dulu ya.." jawab Irna.

"Ohh iya de kalau gitu.. habis itu istirahat ya.." balas Ku.

"Iya Kak.. Ade Sayang Kakak.." balas Irna.

Gak nyangka masih bisa bilang sayang untuk ku dengan mudahnya.

"Kakak juga Sayang Ade.. Jaga hati Ade cuma buat Kakak ya.." balas Ku.

"Pasti Kak.. Assalamu'alaikum.." jawab Irna.

"Wa'alaikumsalam de.." jawab Ku.

Percakapan via telepon pun berakhir. Dan diriku masih berkutat dengan pikiran yang penuh bayangan drama ini. Banyak pertanyaan yang bermunculan. Apa dia bener selingkuh? Apa bener dia sayang aku? Apa benar ini hanya kesalahpahaman? Entahlah, biar waktu yang menjawab semua pertanyaan itu nanti.

*

Aku pun membaca semua pesan Irna tanpa membalasnya. Aku pun kembali tidur untuk mengistirahatkan hai dan pikiran ini.

**

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sakit Tuk Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang