13. Hilang Rindu

39 4 0
                                    

Suasana yang sejuk, ditemani oleh pemandangan hijau daun teh yang terbentang. Sapaan dari warga dengan bahasa yang khas dan sangat halus. Dan sambutan oleh segerombolan monyet-monyet yang menginginkan sarapan pagi itu. Hahahaa.. aneh sepertinya. Hari ini dengan menggunakan baju kaos polo dan di lapisin jacket serta dipadukan dengan jeans dan sepatu. Abi segera ke loket tiket dan menuju pintu masuk.

*

Tempat ini mengingatkan Abi saat masa pendidikan dulu, entah karena suka jalan atau bagaimana, teman-temannya pun mengandalkan dirinya untuk menentukan tujuan setiap kali pesiar.
Hanya sebuah senyum kecil yang di keluarkan Abi saat mengenang masa itu.

"Ade sudah sampai di curug..??" pesan yang Abi kirim via BBM.

"Ini masih dijalan kak, nanti ade kabarin kalau sudah sampai.." balas Irna.

"Iya de,, hati-hati ya ade sayang.." balas Abi.

Abi pun segera masuk dan menuruni tangga yang telah dibuat disisi tebing, yang lumayan untuk menuruninya hingga sampai ke curug. Entah berapa jumlah anak tangganya. Karena cuaca yang sejuk dan dingin, cukup saja keringat tidak banyak yang keluar, setidaknya gak membasahi baju ini.

Akhirnya sampai juga. Abi pun segera mencari tempat untuk istirahat dan yang tidak terlalu kelihatan tapi memiliki jarak pandang yang luas.

Segera Abi check handphone-nya, dan ada pesan masuk dari Irna.

"Kak, ade sudah sampai curug.." pesan Irna.

"Selamat menikmati de, kakak juga dulu pernah kesana.." balas Abi.

"Iya kak, makasih kakak sayang.." balas Irna.

"Iya ade sayang.." balas Abi.

Irna pun tidak mengetahui sama sekali kalau Abi berada di curug itu juga.

*

Sosok wanita yang Ia rindukan semakin menampakan dirinya, Irna.
Jantung Abi pun semakin berdebar, pikirannya pun semakin tak terkendali. Tubuh Irna semakin jelas Ia lihat. Abi ingin segera menghampirinya, tapi kakinya tertahan oleh bayangan seorang lelaki yang berada di belakang Irna.

"Ade, jalan ke curug sama siapa..??" pesan itu dengan cepat diketik Abi dan dikirim ke Irna.

Pesan itu pun belum dibuka dan dibaca oleh Irna.
Sementara, Abi hanya terus memandangi pemandangan yang sangat mengejutkan dirinya. Jantung yang berdebar serta pikiran yang tak terkendali karena rindu itu pun telah berubah, menjadi gemuruh seperti suara air yang jatuh dari ketinggian dan terhempas di puing-puing bebatuan. Seperti halnya curug yang Ia datangin.
Suasana telah berubah, pertanyaan-pertanyaan muncul dalam pikirannya, haruskah ia menghampiri Irna agar tekejut atau hanya duduk diam menyaksikan sebuah drama kolosal yang menyakitkan.
Abi pun mencoba untuk menelpon Irna, tapi tidak ada jawaban. Entah apakah ini pertanda baik atau buruk. Apakah perjuangan ia untuk melepas rindu ini adalah benar? Apakah ini hanya mimpi? Apakah dirinya benar-benar di khianati?
Ia semakin pusing dengan semua pertanyaan yang bermunculan dalam pikirannya.

Berselang 1 jam. Akhirnya pesan Abi pun dibalas oleh Irna.

"Maaf kak, ade baru check handphone.. kakak kenapa telepon" balas Irna.

"Iya de gak apa, kakak cuma mau nanya, ade sama siapa ke curug..?" tanya Abi.

"Ini sama teman-teman kok, rame-rame kesini.. kenapa kak..?" tanya Irna.

Serasa ingin dia menghampiri Irna, dan bertanya mana teman-teman yang ia bilang.

"Ohh iya de gak apa, kalau sama teman-teman ade berartikan yang jaga banyak.. hehehee.." balas Abi dengan penuh kesabaran.

"Iya kakak sayang.." balas Irna.

Abi pun tersenyum kecut, gak menyangka kalau Irna masih bisa bilang sayang sama dia.

"Ok deh kalau gitu de, Kakak sayang Ade.." balas Abi.

"Ade juga sayang sama Kakak.." balas Irna.

Ingin Abi tertawa sekeras-kerasnya, dan berteriak 'dasar lelaki bodoh'.
Abi pun mempersiapkan hati dan mentalnya untuk beranjak pergi dari curug. Segera ia menggunakan tutup kepala yang ada di jaketnya.
Abi pun sengaja melewati tempat Irna dan lelaki itu. Tanpa sengaja mata Abi pun bertatapan dengan mata Irna sesaat. Telihat diwajah Irna ada sebuah keterkejutan. Itu cukup bagi Abi. Abi pun segera beranjak dengan cepat.

"Kak Abi.." teriak Irna.

Abi pun tak menoleh sama sekali. Ia seolah-olah bukan orang yang bernama Abi.

"Panggil siapa Irna..?" tanya Lelaki itu.

"Ehh.. enggak kok.. ku kira tadi itu kakak kelas ku, makanya aku panggil.. ternyata bukan.. hehehee.." jawab Irna.

**

Abi pun tidak merasa lelah saat menaiki tangga untuk pergi dari curug itu. Baginya saat ini adalah hatinya, ya hati yang teramat lelah.
Dalam bayangannya, Ia bisa bercerita dengan Irna, bisa berduaan, dan bisa melepaskan semua kerinduannya.

Abi segera membeli tiket untuk pulang hari itu juga.

Sakit Tuk Jatuh CintaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant