4⃣2⃣ : Poetry into Dreaming

1K 71 4
                                    

Siapakah yang akan menggantikan Alba mengikuti Olimpiade Matematika?

Siapakah yang akan bertanggung jawab untuk meraih medali emas karena ini sudah tingkat nasional?

Seandanya Alba sudah bangun dari...komanya.

"Hey... Ngelamun bae," senggol Aby pada kawan semejanya itu.

Wafa yang tengah bertopang dagu tersentak.

"Kenapa sih ngelamun? Padahal nilai matematika lo kan lebih tinggi dari gue," Aby menyandingkan hasil ulangannya dengan Wafa. Milik Wafa mendapat nilai 98 dan Aby hanya 94. Wafa dan Aby selalu menjadi teman akrab juga sebagai saingan, dengan sportif tentunya.

Ini saat yang tepat untuk berkeluh kesah pada chairmate-nya itu karena topik yang berkaitan, matematika. "Alba kan masih koma By, kira-kira siapa ya yang bisa gantiin dia di olimpiade nasional nanti?"

Aby memberikan jawaban. "Lo lagi aja yang ikut olimpiade itu,"

"Nggak bisa, By. Nama gue kan udah didiskualifikasi karena gue ngundurin diri," sergah Wafa putus asa. Wafa tampak berpikir sejenak dan ia baru tersadar mungkin Aby bisa membantu, kalau dilihat dari segi nilai Aby hampir-hampir mirip dengan dirinya. "Lo aja gimana, By?"

Aby sontak menggeleng. "Maaf Fa, kayaknya gue nggak bisa,"

Wafa tidak jadi tersenyum setelah mendengar sahutan Aby. "Kenapa?"

"Senin sampe sabtu gue les non-stop, biasalah derita anak kelas dua belas yang bentar lagi mau ujian nasional, dan kalo minggu waktunya istirahat bisa juga kadang-kadang waktu bersama keluarga," papar Aby. Jawabannya masuk akal, kebanyakan siswa kelas 12 pun begitu.

Wafa ber-oh paham. Lalu ia berusaha memikirkan siapa yang bisa menggantikan Alba.

"Gimana kalo Candy?" usul Aby.

"Temen Alba kan?" Wafa memastikan.

"Yaa. Setahu gue dia jago juga matematikanya, ya walaupun dia bukan anggota MC," ungkap Aby.

Wafa malah terkekeh. "Sejak kapan lo perhatiin adek kelas, By? Ckck,"

"Yeee!" seloroh Aby, entah mengapa ia juga nggak tahu alasannya. Apa benar sekarang dia suka stalk adek kelas? Hem, Aby masih belum mau mengakuinya.

"Yaudah deh, By. Thanks sarannya." Wafa akan segera mengusulkan Candy menjadi pengganti Alba kepada Bu Fera.

➕➖

Di bagian ini play ya lagu yang di mulmed. Semoga tersentuh:)

Hari kelima dan Wafa masih setia menunggu. Wajah teduhnya penuh keluguan dan tangannya memberi uluran untuk Alba raih namun Alba masih enggan menggapainya. Tidak masalah, Wafa terus setia.

Momen berharga ini ia usahakan untuk selalu memberi Alba ketenangan. Kini ia diperbolehkan masuk ke kamar rawat Alba. Boleh jadi Wafa tidak tahu jika diluar sana sudah malam, yang ia tahu hanyalah Alba, Alba, dan Alba.

Wafa berempati melihat hidung Alba yang diinfus dengan selang, keningnya yang dibalut perban, tangannya yang pucat dan kaku. Oh apakah di alam sana Alba mengalami kesakitan? Wafa terus mengusap lembut tangan Alba sambil merapalkan doa dan meminta Tuhan menolong Alba.

Wafa mengulum senyum, "kupu-kupu manis menjelajahi perutku yang menggerutu, namun napasku hanya menderu untukmu,"

Sebuah lipatan kertas teronggok di tepi ranjang, persis dihadapan Wafa. Secarik puisi berdebu yang digurat oleh orang yang maniak hitung-menghitung. Wafa mencoba romantis dengan puisi ini hanya untuk menghibur Alba, yang sekarang berbeda—dimensi.

Wafa and The Girl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang