3⃣0⃣ : Wafa main Basket?

1.3K 92 5
                                    

Dibalik tingkahnya yang setenang air tapi kalau sudah bermain basket bagai macan yang mengaum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dibalik tingkahnya yang setenang air tapi kalau sudah bermain basket bagai macan yang mengaum. Buktinya tadi.

✖➗

"Hi Kak Wafa?" sapaan itu mengalihkan pandangan cowok yang telah banyak berubah.

"Hai," balasnya lembut.

"Kakak belum pulang?" Candy sangat senang dengan momen-momen berharga seperti ini. Maka dari itu tidak boleh disia-siakan, sang pujaan hati tidak boleh dibiarkan sendirian.

Wafa menggeleng. "Masih ada beberapa urusan nih,"

Candy mengangguk paham. Candy berpikir siswa kelas dua belas seperti Wafa ini sedang sibuk-sibuknya ujian, nggak jarang kalau mereka akan berada di sekolah sampai sore. "Yaudah deh kak, aku duluan ya," Candy melambaikan tangan kemudian melangkah riang.

Walau pulang dengan tangan kosong namun Candy merasa senang. Ternyata rumor yang beredar di seantero sekolah memang benar, Wafa berubah menjadi ramah. Tentunya kadar kekerenannya juga bertambah.

Wafa masih mengamati Candy  yang makin jauh, tak lama seseorang yang ia tunggu-tunggu menepuk bahunya. "Hai Matematikawan!"

"Nggak perlu begitu," Wafa merasa malu jika dipanggil begitu.

"Aamiin-in dong harusnya," papar Alba, cewek yang berhasil membuat Wafa tampak kikuk sekarang.

Tak mau ambil pusing Wafa lalu mengangguk seraya mengucap amin di dalam hati.

"Oh ya, lo mau ajak gue kemana?"

"Nonton basket, mau kan?"

Alba menjetikkan jarinya, "oh sekolah kita tanding ya," namun salah satu saraf diotaknya kembali merangsang masa lalu yang sendu. "Rav—"

"Udah nggak papa," dengan cekatan Wafa merangkul Alba, penuh pengertian.

Rava harusnya bertanding hari ini, naas sang kapten sudah dipanggil yang maha kuasa. Mantan kekasih Alba, beberapa waktu yang lalu.

Wafa menuntun Alba menuju lapangan basket yang berada di balik gedung sekolah. Siapa yang menyangka kalau sore ini siswa-siswi masih menjamah sekolah, bahkan siswa-siswi dari luar sekolah ini, yap turnamen basket paling bergengsi di kota ini. Vuzave Cup. "Oh ya, turnamen basket tahun lalu sekolah kita juara lho. Rav yang paling banyak nyetak poin,"

Alba mulai kembali ceria. "Wow, keren banget mendiang adik lo!"

"Iya dong siapa dulu kakaknya,"

Alba terkekeh ringan. "Emangnya lo bisa main basket?"

"Belum liat aja, bintang basket ini beraksi!" ucap Wafa dengan pedenya. Alba menggangap Wafa sedang mengiggau, jadi ia tidak terlalu memikirkan apa yang telah Wafa ucapkan.

Wafa and The Girl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang