1⃣8⃣ : Watching a movie

1.4K 91 6
                                    

"Kenapa gue harus nonton sama lo?" Wafa mengernyitkan alisnya.

"Pertama gue udah jauh-jauh ke sini buat nonton bareng lo, kedua gue udah pinjem laptop ke orang yang kikirnya minta ampun, ketiga dan seterusnya lo—" Alba memenggal kalimatnya.

"Pokoknya lo harus nonton film horor sama gue!" lanjut Alba kesal.

➕➖

Bunyi cetak-cetok dari sepatu pantofel Bu Fera, membuat jantung siapapun yang mendengarnya ikut berdegup juga. Pikirannya was-was, menepikan ekor mata saja sudah seperti akan mendapat dosa bila dilakukan.

"Bagi siswa yang ketahuan menyontek, tidak hanya nilai kalian saja yang jelek. Reputasi kalian di mata saya akan sama jeleknya!" gertak beliau.

Penghuni sebelas Sebelas IPS 4 yang sedang uji nyali-maksudnya ulangan matematika-merasakan ketakutan yang luar biasa. Hampir seluruhnya pasrah dan berusaha mengerjakan sendiri soal-soal matematika rumit, serumit hubungan kamu sama doi.

Tapi betulan, yang ini lebih sulit.

Candy hanya bisa garuk-garuk tengkuknya yang lembab disebabkan oleh keringat. Baru kali ini ia merasakan kesulitan dalam ulangan, ulangan matpel favoritnya pula. Matematika.

Beda dengan teman di sebelahnya. Ia terlihat sangat antusias dengan soal-soal itu, wajahnya tenang tak ada kecemasan sama sekali.

Biasanya Alba tidur di atas kertas ulangannya. Kalau lagi hoki dan tidak ketahuan guru pasti ia akan menyalin jawaban Candy dalam sisa lima menit terakhir.

Dan bukannya fokus pada lembar jawabannya, Candy malah sibuk memerhatikan tingkah Alba yang tidak lazim. Masa iya, hanya gara-gara ditutori beberapa hari oleh Wafa, Alba sudah mahir sekarang?!

"CANDY!"

Candy menoleh terkesiap saat namanya dipanggil.

"Ngapain kamu ngelirik-ngelirik Alba?" Bu Fera berjalan menuju Candy. "Kamu tau hukumnya menyontek saat ulangan?"

Candy merasa terkesiap dengan tuduhan Bu Fera. "Loh tapi Bu-saya nggak nyontek!" bantah Candy. Napasnya begitu menderu melihat Bu Fera dengan wajah penuh amarah.

"Ibu lihat kamu selalu ngelirik Alba, percuma kamu bohong!"

Harusnya Bu Fera sadar bahwa bukan itu maksud Candy sebenarnya. Ia bukan melirik Alba untuk menyontek jawaban, namun ia terus heran tiap kali Alba tersenyum puas saat mengerjakan soal.

Candy pasrah. Percuma mengatakan yang sebenarnya, Bu Fera tidak akan percaya.

"Pilihannya ada dua; lanjut kerjakan di luar kelas atau kertas ulangan kamu saya sobek!" ancam Bu Fera.

Dengan berat hati Candy memilih pilihan pertama. Ia terhuyung-huyung menuju luar kelas dan setelah itu ia duduk di lesehan koridor. Berharap tidak ada yang lewat dan meledeknya karena dihukum.

Bersamaan dengan Candy keluar kelas, Alba telah selesai mengerjakan soal-soal ulangan. Alba mengangkat dagunya dan berderap mengumpulkan lembar jawabannya.

"Cepat sekali Alba," tegur Bu Fera.

Alba hanya mengulum senyum sederhana.

Karena Bu Fera penasaran dengan bagaimana Alba bisa menjadi yang pertama selesai, beliau memeriksa lembar jawaban Alba. Namun bukan berarti matanya tidak berjaga, beliau tetap mengawasi murid lainnya.

Saatnya tidur!

Dalam hitungan detik seisi ruangan kelas berubah menjadi ruang mimpi yang fana, Alba tertidur.

Wafa and The Girl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang