4⃣ : Accepted The Fact

2.6K 181 22
                                    

Almost all good writing begins with terrible first efforts. You need to start somewhere - Anne Lamott.

➕➖

Masih sangat pagi. Lampu penerangan di jalan raya pun masih menyala, tapi Alba sudah dalam perjalanan ke sekolah. Seperti biasa, Mamanya meminta Alba berangkat pagi, alih-alih supaya tidak kena macet.

Tidak ada percakapan yang mengema di dalam mobil karena Alba diam, akhirnya Mamanya mulai berkelakar seperti biasa. "Ettt anak mama ngelamun mulu, lagi PMS ya?"

"Apaan sih Ma, kalo orang PMS tuh yang ada nggak bisa diem marah-marah mulu!" bantah Alba.

"Kok beda ya sama Mama?"

"Mama kan udah nggak PMS! Udah tua!"

Mama mengerling ke arah Alba, tidak terima dibilang tua. "Enak aja kamu, wajah bercahaya kaya Raisa gini dibilang tua!"

"Udah kek Ma, nyetir aja yang bener!" gerutu Alba kesal.

"Kemana lagi, ini mobil Mama udah rapet sama gerbang sekolah. Kamu nggak mau turun?"

Alba menoleh ke sebelah kanan, ternyata dia sudah sampai di sekolah, tepat di depan pintu gerbang. Entah mengapa lamunannya membuat jarak yang jauh menjadi dekat.

Alba mencoba memfokuskan pikirannya dengan cara menarik napas panjang. Setelah itu, Alba membuka pintu dan melangkah masuk.

"Alba kamu nggak cipika-cipiki dulu sama Mama?" teriak Mamanya dari balik kaca mobil.

Seolah tidak mendengar, Alba terus melaju ke depan. Kegundahan sedang mengrogoti hati Alba. Mencoba memfokuskan pikirannya pun hasilnya percuma alias tidak berhasil, sama sekali. Pikirannya menerawang luas, terbang, dan melayang entah kemana.

"Aduh Alba lo kenapa sih?" Sembari berjalan Alba terus memukul-mukul kepalanya.

Pikiran dan raganya saling berlawanan. Tidak sinkron.

Pukul setengah tujuh pagi. Itulah yang ditunjukkan di layar handphone Alba. Sebagian siswa rajin sudah datang dan memenuhi koridor. Beberapa ada yang mencuri pandang ke Alba, menatap keheranan, heran dengan seragam yang Alba kenakan karena berbeda dengan mereka.

Tapi apa peduli Alba?

Dia tetap percaya diri meski penampilannya bak model di majalah dewasa.

"Alba!"

Dari kejauhan terdengar suara yang menggema di koridor lantai satu. Alba menangkap sosok guru berkacamata yang tak asing lagi.

Aduh, si tulang ayam.

Mau ngapain sih pagi-pagi.

Alba memutar haluan, ia berlari menjauh dari sumber suara yang mengundang perhatian itu. Ia tidak ingin mendapat masalah sepagi ini.

At least, jangan dihukum pagi-pagi. Nyawa gue belum kumpul, masih lemes jadinya.

Itulah yang dikatakan Alba dalam hati ketika ia telah melarikan diri dari pandangan guru yang ia sebut tulang ayam tadi. Kini ia berada di kantin.

Secara kebetulan ia melihat chairmate-nya yang tengah melahap nasi uduk di lesehan kantin. Lalu Alba menghampiri Candy.

"Ken, pagi-pagi udah di kantin aja lo!" Alba menjatuhkan bokongnya dan duduk di sebelah Candy.

"Gue belom sarapan, Ba!" sahut Candy, mulutnya masih penuh dengan makanan.

"Pelan-pelan ntar keselek!"

Wafa and The Girl [Completed]Where stories live. Discover now