Berubah

50 9 38
                                    

Hanya waktu yang bisa menjelaskan kapan saatnya seseorang berubah.



Leon sangat senang pada akhirnya ia bisa tertawa seperti waktu kecil dulu. Sungguh ini lebih menyenangkan dari jatuh cinta dengan Viarika. Ia melempar tubuhnya ke ranjang tidurnya. Leon melipat tangannya menatap langit langit kamarnya.

Jegrek

Suara ponsel Lano mengagetkan dirinya. Lano tertawa geli melihat wajah Leon. Melihatnya Leon membung napas kasar.

"Liat ni mukak lo kayak orang linglung aja!" ucap Lano mengacungkan ponselnya yang memampangkan foto Leon.

"Liat ni mukak lo kayak orang linglung aja!" ucap Lano mengacungkan ponselnya yang memampangkan foto Leon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Leon melirik sekilas fotonya. Leon tidak memberi respon apapun kepada Lano, ia masih mempertahankan posisi awalnya. Leon mengernyit untuk apa Lano mendatangi kamarnya.

"Yon, gue minta maaf ya" ucap Lano pelan, Leon berhasil menautkan alisnya maaf untuk apa, bukannya Leon yang salah. Lano membuang napas kasar melihat wajah Leon yang bingung.

"Gue minta maaf tentang Viarika!" ucap Lano menatap ubin lantai. Leon diam mengubah posisinya menjadi duduk seperti Lano.

"Maksud lo?" tanya Leon tidak mengerti. Lano tersenyum kecut ia sangat berharap Leon tidak membencinya lagi, secara Lano rasa Leon sangat mencintai Viarika.

"Gue minta maaf, waktu itu gue pernah liat dia sama cowok lain, karena kesel gue bilang kalau dia perempuan murahan, kalau elo mau marah sama gue marah aja!" ucap Lano pelan, bahakn ia tidak menatap Leon. Lano masih menunduk harusnya waktu itu ia tidak mengatai Viarika seperti itu. Leon diam entahlah di satu sisi Lano saudaranya, jika marah Leon baru saja merasakan kebahagian. Sementara di sisi lain Viarika kekasihnya, ia yakin Viarika akan merasa sangat sedih mendengar Lano mengucapkan kata seperti itu.

"Mungkin harusnya gue gak bilang dia perempuan murahan!" gumam Lano pelan, namun Leon masih bisa mendengar gumamannya. Leon membuang napas kasar ia kembali membaringkan tubuhnya menatap langit langit kamarnya.

"Dia pasti sedih banget lo bilang gitu!" celetuk Leon pelan. Lano diam ia tersenyum kecut mendengar ucapannya. Leon melirik punggung Lano, ia membasahi bibir bawahnya, sungguh ia tidak bermaksud membuat Lano tersinggung. Leon kembali bangkit duduk tangannya terjulur menepuk pelan pundak Lano.

"Gue yakin dia pasti udah lupain kejadian itu!" celetuk Leon, mendengarnya Lano menyunggingkan senyum simpulnya.

"Mukak lo biasa aja dong takut gue liat!" celetuk Leon memukul pelan punggung Lano dengan gulingnya. Ia tertawa kecil berusaha mencairkan suasana. Lano meliriknya, sambil menahan senyumnya.

"Mukak gue udah biasa!" celetuk Lano datar sambil membalas pukulannya.

Satu malam ini mereka habiskan dengan bertukar cerita. Lano yang selalu menggoda Leon yang mengatakan kalau Leon itu sangat mencintai Viarika. Leon menceritakan prihal kehidupan Viarika mulai dari pertama mereka bertemu, perjuangnya menjadikan Viarika kekasihnya, sampai pertengkatan yang mereka lakukan karena Leon yang tak mau mendengarkan penjelasan Iwan. Mendengar cerita Leon, Lano semakin yakin jika Viarikapun juga mencintai Leon. Menit berikutnya Leon yang bertanya dengan Lano bagaimana harinya hari ini. Lano menceritakan semuanya tepatnya ia lebih menceritakan tentang Arini yang mau berpacaran dengan Bagas orang yang pertama kali ia temui. Mendengar cerita Lano, Leon berhasil mengerutkan keningnya ada ada saja pikirnya.

 Vian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang