Part 13

746 41 25
                                    

Sakitku bukan karena cintamu yang tak sama lagi, tapi karena cinta yang memintaku untuk bertahan memutuskan untuk mengakhiri

***

"Apa memang lebih baik kita akhiri semuanya saja ya La?" Ucapan Gavin sukses membuat Nazla mendongakkan kepalanya, menatap ke arah Gavin dengan tatapan yang tak kalah sendu pula.

Keduanya diam, yang ada hanyalah keheningan. Tak ada yang mampu berkata-kata. Sibuk dengan pemikiran masing-masing yang tak mampu diungkapkan. Rasanya terlalu sakit untuk keduanya. Sakit bagi Gavin untuk mengatakannya. Terlebih sakit lagi untuk Nazla yang mendengar hal itu.

Bukankah selama ini Nazla yang selalu ingin mengakhirinya? Bukankah selama ini pula Gavin yang selalu saja meminta Nazla untuk bertahan? Dan akhir dari semuanya menjadi seperti ini, Gavin lah yang memilih dan meminta untuk mengakhiri semuanya.

"Aku hanya takut kamu tak sanggup bertahan La," ucap Gavin lagi.

"Bukan karena kamu yang berniat untuk mundur?" jawab Nazla mencoba untuk memberanikan diri dan juga menegarkan hatinya.

Sesak rasanya, mengucap kata yang selama ini berusaha ia simpan. Mengucap kata yang selama ini selalu tertahan agar ia tetap bisa bertahan.

"Aku yakin kamu paham dan kamu cukup mengenal orang yang ada di depanmu ini. Bahkan aku tak bisa menjanjikan bahwa aku hanya akan meletakkan satu nama di hatiku. Aku juga tak bisa menjanjikan bahwa kamu yang akan menang dan bertahan dihatiku. Aku hanya mampu berusaha karena bagaimana pun kamu tetap orang pertama yang memenangkan hatikku sebelum kehadirannya." Gavin mencoba menjelaskan semuanya tanpa rasa bersalah sedikit pun. Hatinya telah kembali netral. Seakan nampak bahwa dia memang jahat.

"Tetap saja kamu tidak bisa menjaga hati Vin. Apa salahku sampai kamu kaya gini ke aku? Kamu minta aku bertahan, aku turutin kemauan kamu. Kamu bilang akan berubah,aku juga percaya dan nungguin perubahan kamu meskipun hasilnya selalu sajanihil." Hati Nazla benar-benar memanas saat ini.

"Aku cuma nggak mau menyakiti kamu lebih dalam lagi La. Coba kamu ada di posisiku, aku juga ngerasa berat La."

"Kamu sendiri yang membuat semuanya jadi berat Vin. Tak ingin menyakitiku lebih dalam? Telat vin kamu ngomong kaya gini! Kenapa nggak dari dulu?" jawab Nazla.

"Karena aku berfikir tidak akan menjadi serumit ini." Jawab Gavin sambil menundukkan kepalanya. Seakan ia merasa hancur oleh bom yang ia ledakkan sendiri.

"Aku pernah memutuskan untuk menyerah, tapi kamu yang memintaku bertahan. Dan itu terjadi berulang kali, sampai akhirnya kamu sendiri yang memintaku mundur. Bukan meminta, tapi lebih kepada memaksaku mundur."

Gavin terdiam mendengar ucapan Nazla. Sungguh itu memang kesalahannya. Dia merasa menjadi seorang laki-laki yang sangat jahat dan juga bodoh. Ia sudah mendapatkan wanita sebaik dan secantik Nazla, tapi selalu saja ia menyakitinya.

"Mungkin memang dari awal aku Vin yang salah. Aku yang tidak bisa membuat hatimu bertahan hingga akhirnya kamu memilih cinta lain untuk berlabuh. Aku setuju dengan keputusan kamu, memang sebaiknya kita mengakhiri semua drama ini. Kejarlah cinta yang sudah kamu pilih. Jaga dia, jangan biarkan dia menangisseperti cinta yang pernah kamu campakan sekarang ini."

Nazla tersenyum sejenak. "Dan mulai sekarang anggap saja kita tidak saling mengenal."Lanjutnya.

"Maksud kamu apa? Kita masih bisa berteman La. Kamu tahu kan hukum memutus tali silaturahim?" Gavin tak setuju dengan keputusan Nazla untuk tidak lagi saling mengenal.

"Aku tidak bermaksud memutus tali silaturahim antara kita berdua. Tapi hanya ini satu-satunya cara agar kamu tidak menyakitiku lebih dalam lagi. Aku rasa Tuhan tidak akan menghakimi keputusanku ini, dan aku berharap kamu bisa mengerti. Dan jika memang aku harus menaggung dosa karena memutuskan tali silaturahim, aku sudah siap. Ini lebih lebik daripada aku merasakan kesakitan lebih lama lagi dan membuatku menanam kebencian pada orang itu." Nazla mengakhiri ucapannya dengan senyuman, meski matanya sudah menahan derasnya air mata yang akan jatuh.

"Maafkanaku La." hanya itu yang mampu diucapkan Gavin.

"Aku pamit ya, Assalamualaikum." Ucap Nazla sambil melangkah pergi.

Seberat apapun rasa sakit yang kini mencabik-cabik perasaan Nazla, ia tak bisa menyalahkan sepenuhnya pada Gavin. Hatinya yang selalu merasa bersalah. Tentang cinta yang sudah cukup lama ia bangun. Tentang kenangan yang sudah cukup banyak terukir. Namun tetap saja, keputusan yang dipilih adalah saling mengakhiri.

Satu hal lagi yang selalu membuat relung hatinya sakit, ketika Gavin jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Bukankah itu terlalu menyakitkan? Apa tak ada wanita lain di dunia ini selain Asya sahabatnya?

Teruntuk sebuah kisah yang baru saja berakhir

Terima kasih pernah memintaku untuk bertahan

Terima kasih pernah menghalangi kepergianku disaat aku benar-benar ingin menyerah

Namun nyatanya bertahan memang sesakit ini

Bukan karena lelahnya

Bukan karena aku tak mampu bertahan lebih lama

Tapi karena cinta yang memintaku untuk bertahan memutuskan untuk memintaku pergi

Karena hati yang selalu aku pertahankan, memaksaku untuk mundur

Dan cinta yang pernah mencegahku pergi memutuskan untuk mengakhiri

~Nazla Sabiya~

***

Assalamualaikum semuanya, lama banget yaa hiatus dari dunia wattpad hehe

alhamdulillah di tengah2 kesibukan ngerjakan skripsi masih bisa update cerita ini meskipun sudah berbulan2 lamanya hiatus

insyaAllah mulai sekarang akan kembali aktif lagi buat lanjutin cerita Romansa & Rahasia, Hanya Untuk Allah, dan juga kumpulan puisi Metamorfosa :)

Gimana nih, ada yang masih inget sama kisahnya Gavin, Nazla, dan Asya? hehe

Jangan lupa vote dan komen yaa :)

Untuk puisi yg ada di atas, versi musikalisasinya insyaAllah akan ada di instagramku yaa. cek aja di @ananonimo_ ditunggu like dan komennya juga

terima kasih semuanya :) :)

3 Juni 2018

Uswatun Hasanah

Romansa & RahasiaWhere stories live. Discover now