Part 7

1K 75 11
                                    

Gue sayang sama lo, udah gitu aja!
***
































Asya memasuki ruang kelasnya dengan malas. Dia hanya merindukan sebuah liburan. Merasa lelah dengan semua rutinitas. Merasa lelah dengan semua tugas sekolah yang seakan tak ada ujungnya.

“Baru datang udah cemberut aja lo Sya,” ucap Aldo menyambut kedatangan Asya.

“Gue lelah guys, butuh asupan liburan. Sungguh tubuh ini sudah tak mampu menerima semua tugas yang hinggap. Kasihanilah hamba-Mu yang cantik ini ya Allah,” jawab Asya sok berdrama sambil menengadahkan tangan.

“Alay lo!” ucap Nazla sambil menarik ujung kerudung Asya.

“Kerudung gue rusak bego!”

“Sini gue tambahin biar tambah rusak,” ucap Gavin yang tiba-tiba datang sambil menarik ujung depan kerudung Asya hingga menutupi wajahnya.
“Bwahahaha,” tawa Gavin, Nazla dan Aldo pecah melihat kondisi Asya yang nampak sangat mengenaskan.

“Anjir, bego juga lo vin. Gue mutilasi juga lo!” teriak Asya sambil membenarkan posisi kerudungnya.

“Adek kecil mulutnya dijaga ya, nggak boleh berkata kasar nanti dosa,” ucap Gavin mengejek.

“Adek kecil kepala lo! Gue lebih tua dari lo njir,” Jawab Asya tak mau kalah.

“Lo bangga banget Sya jadi orang tua?” tambah Aldo.

“Bukan bangga bego, tapi sadar diri!” jawab Asya sambil menoyor kepala Aldo.

“Sadar diri kalau lo kecil? Nggak ada bedanya kayak anak SD, bwahaha,” tambah Aldo.

“Udah-udah, masih pagi juga berantem mulu kalian,” lerai Nazla.

Setelahnya mereka kembali ke tempat duduk masing-masing. Memang sekarang Asya sudah mulai bersikap biasa pada Nazla dan juga Gavin. Persahabatan mereka sudah kembali seperti dulu lagi. Meski kadang memang ada sedikit kecanggungan yang Asya rasakan jika mengingat kejadian waktu itu. Tapi Asya bisa apa, ia tak ingin menghancurkan persahabatannya hanya demi cinta.

Di sisi lain, hubungan antara Gavin dan juga Nazla juga mulai membaik. Gavin berusaha untuk memenuhi janjinya pada Nazla. Mengurangi tingkat kegenitannya pada wanita, itu salah satunya. Dan salah banyaknya tentu saja belajar untuk menghapus semua rasa yang ia punya untuk wanita bernama Asya.

“Guys, gue sedih banget. Gue galau akut ngets,” ucap Ulula yang baru datang dengan mata sendu dan sembab seperti habis menangis.

“Lo kenapa La? Ada masalah?” ucap Nazla khawatir. Sedang Asya hanya memandang dengan ekspresi datar saja.

“Gue hiks...gue...putus La, hiks,”

“Hmm, udah nggak usah nangis ntar cantik lo ilang. Emang kenapa kok lo bisa putus? Perasaan kemaren masih baik-baik aja,” tambah Nazla.

Pagi ini mereka melanjutkan aktivitasnya dengan sesi curhat. Waktu cukup mendukung karena ternyata ada rapat guru pagi ini, jadi kelas kosong sampai jam istirahat.

“Gue juga nggak tahu, gue nggak paham. Semalem gue debat dan ujung-ujungnya putus. Jadi gue masih nggak tau alasan kenapa gue sama Tian bisa putus, hiks. Jujur gue nggak mau putus La. Gue lagi cinta-cintanya sama dia, kenapa takdir nggak adil banget sama gue?”

“Kalau nggak mau putus ya nggak usah pacaran!” jawab Asya masih dengan ekspresi datar.

“Hih Asya mah gitu hiks, temen lagi sedih bukannya dihibur malah tambah dibikin sedih, hiks.”

“Gue bikin lo sedihnya dari mana? Apa yang gue omongin bener kali, kalau nggak mau putus ya jangan pacaran. Pas masih pacaran aja sok bahagia seakan nggak butuh Allah. Tapi pas udah putus? Pasti ujung-ujungnya bilang kalau Allah itu nggak adil. Padahal udah jelas kalau pacaran itu dosa,” Jelas Asya panjang lebar memulai ceramahnya.

“Gue nggak ngerti harus ngomong apa. Di satu sisi emang yang Asya omongin itu bener. Tapi di sisi lain juga gue masih ngelanggar aturan itu dengan pacaran sampai sekarang. Jadi gue no comment aja lah ya,” jawab nazla.

“Asya dicari Khalif di depan!” Teriak salah satu anak dari depan pintu kelas Asya.

“Khalif nyariin gue?” batin Asya.

“Ciee ciee, ekhem,” goda Nazla.

Asya pun melangkahkan kakinya untuk menemui khalif di depan kelasnya. Jantungnya berdetak lebih cepat. Pikirannya mencoba menerka-nerka alasan Khalif mencarinya.

“Nih bagian lo buat lomba,” ucap Khalif sambil menyodorkan selembar kertas.

“Banyak banget gila!” kaget Asya saat membaca isi dari kertas itu.

“Kerjain yang bener!” ucap Khalif yang kemudian langsung melangkah pergi.

“Lif!” panggil asya, Khlaif pun menghentikan langkahnya dan menoleh kembali ke arah Asya.

“Lif, gue laper,” rengek Asya seperti anak kecil. Khalif hanya mengangkat sebelah alisnya tanda ia tak paham dengan ucapan Asya.

“Temenin gue makan di kantin, tadi nggak sempat sarapan.” Khalif kembali berbalik badan dan akan melangkahkan kakinya kembali.

“Khalif!!” teriak Asya. Lagi-lagi Khalif kembali membalikkan badan.

“Temenin gue ke kantin! Gue laper,” rengek Asya lagi melangkah mendekati Khalif.

“Gak.”

“Nanti kalau maag gue kumat, lo yang bakalan dimarahin bunda!” ancam Asya.

“Hubungannya sama gue?”

“Ya ada pokoknya kalau lo nggak mau nemenin gue makan, gue laporin ke bokap kalau lo sering bolos pelajaran sejarah!” ancam Asya lagi. Khalif hanya memutar bola matanya jengah.

Asya menarik seragam Khalif dan menyeretnya menuju kantin. Dengan langkah malas, Khalif mengikuti Asya.  Tanpa mereka berdua sadari, bahwa ada sepasang mata yang sejak awal mengamati percakapan mereka berdua bahkan hingga mereka sudah mengilang ditelan lorong sekolah. Tak hanya itu, banyak pula pasang mata yang heran melihat kedekatan mereka. Mengingat bahwa selama ini baik Khalif maupun Asya tak pernah terlihat dekat dengan lawan jenisnya.

***
























Assalamualaikum :)
Gimana nih part ini?
Kasih kritik dan saran yaa, pliss
Demi keberlanjutan cerita ini, gue butuh bgt saran dari kalian hehe

So jangan lupa vote n komen
Thanks so much :*

3 Juli 2017

Uswatun Hasanah

Romansa & RahasiaWhere stories live. Discover now