Chapter 29

13.3K 1.1K 72
                                    

Sorry for typo
😊

Sebelumnya...

Jungkook mengangukan kepalanya. Ia kemudian memasang spiker dan mempersiapkan alat lainnya untuk latihan mereka. "Apa kau-". Ucapan Jinyoung terpotong oleh Jungkook, "Nanti saja bicaranya, kita harus latihan sekarang." Jinyoung mengangukan kepalanya lemah. Ia semakin yakin ada sesuatu yang terjadi dengan Jungkook.

***

Tak terasa 2 jam pelajaran terakhir berlalu dengan dengan cepat. Bel pulang sudah berbunyi 20 menit yang lalu. Koridor sekolah sudah nampak sepi. Dan kini mereka berdua mulai mengemasi barang mereka. Hening mendominasi mereka berdua. Jungkook dengan lamunannya dan Jinyoung dengan kecemasannya. Matanya terus-menerus melirik ke arah Jungkook. Mulutnya terlalu kelu untuk menanyakan keadaan Jungkook. Tapi yang pasti, Jungkook tidak dalam keadaan yang baik.

Jinyoung mulai memberanikan diri berbicara saat Jungkook hendak pergi meninggalkan ruang musik. "Ehm... Jungkook, neon gwaechana?". Jungkook menolehkan kepalanya ke arah Jinyoung. Ia kemudian menganggukan kepalanya lemah. "Ya sebenarnya tidak terlalu baik." Jinyoung mendekati Jungkook saat ia selesai dengan barang-barangnya.

Mereka berdua berjalan ber iringan menuju gerbang sekolah. "Maksudmu?". Jungkook menoleh ke arah samping yang memperlihatkan lapangan. Ia menatap langit yang mulai menggelap. "Entah bagaimana caranya dia bisa memasukan racun itu ke dalam tas ku." Jinyoung mengepalkan tangannya. Mulutnya mulai mengucapkan berbagai macam sumpah serapah untuk Hyujin.

Jungkook mengabaikan Jinyoung, atensinya penuh menatap langit yang mulai tidak enak dilihat. Perasaanya tak enak seketika. Ia menghentikan langkahnya saat melihat hujan yang mulai turun membasahi lapangan sekolah. Jinyoung menoleh ke samping dan tidak menemukan Jungkook di sana. Ia kemudian menolehkan kepalanya kebelakang, menemukan Jungkook yang diam sambil menatap hujan dengan pandangan kosong.

"Jungkook, kajja kita harus segera pulang sebelum hujannya semakin lebat." Jungkook tersentak saat mendengar suara Jinyoung. Ia memundurkan langkahnya dengan perlahan. Padahal tinggal beberapa langkah lagi mereka bisa keluar dari sekolah dan pulang rumah masing-masing. Menghangatkan diri dan mulai bersiap untuk pertandingan nanti.

JDAAR

Tapi tidak untuk Jungkook. Itu terlalu beresiko untuknya. Apalagi setelah mendengar suara petir yang langsung membuat tubuhnya bergetar hebat. Jadi yang ia lakukan adalah memutar balik badannya sambil berteriak, "Mian, barang ku tertinggal. Kau duluan saja". Jinyoung mengaruk tengkuknya yang tak gatal. Seharian penuh ini Jungkook banyak bertingkah aneh.

Dari kejauhan seorang pria dengan kaca matanya, menatap Jungkook yang mulai menjauh. Seharian ini ia mengikuti Jungkook. Menjaganya seperti yang di perintahkan. Lagipula ia memang tidak ingin terjadi sesuatu dengan Jungkook. Tapi hari ini, ia melihat sinar mata Jungkook yang meredup tak seperti biasanya. Banyak diam, sedikit berbicara, dan ia kadang bertingkah aneh. Menurutnya itu adalah hal yang aneh. Karena biasanya anak itu akan tersenyum hangat kepada sekitarnya.

*

JDAAR

"Tidak... tidak... jangan... jangan sakiti aku... pergilah... pergi...". Jungkook terus berlari dengan kedua tangannya yang menutupi telinga, mencoba untuk menghalau suara yang masuk. Kakinya terus melangkah, melewati beberapa kelas yang sudah tertutup rapat. Ia harus pergi menuju ruang musik yang memiliki peredam suara. Tapi sepertinya Jungkook tak sanggup, karena ruang musik ada di ujung koridor yang sangat panjang.

Hingga matanya menangkap sebuah kelas dengan pintu yang masih terbuka. Dengan cepat ia masuk ke dalamnya, menutup pintunya, dan bersembunyi di bawah meja seperti anak kecil. Kedua tangannya tak lepas dari telinganya. Keringat dingin membanjiri tubuhnya. Hujan di luar sana semakin lebat. Membuat petir yang sangat menakutkan.

Hyung... Jebal! √Where stories live. Discover now