12. My Dearest is A Programmer- Neighbour

Mulai dari awal
                                        

"Emang kamu pikir aku delivery atau makhluk astral penghuni rumah ini yang bikin ??" Abel menarik kursi di samping kanan Ardian.

Ardian hanya tersenyum, tak tahu harus merespon apa. Ardian menggosokkan telapak tangannya dengan antusias saat Abel memberikan piring padanya. "Wah pasti rasanya luar biasa!!" Ardian tertawa pendek. "Kok piring aku ngga diisiin ??" tanya Ardian saat Abel lebih memilih mengambil ayam setelah mengisi piringnya sendiri.

"Mau diisiin ?? ngomong dong!! Aku kan ngga bakal ngerti kalo kamu ngga ngomong." Abel tertawa pelan, dalam hati Abel bersorak karena sudah bisa menyindir Ardian. Laki-laki itu sering sekali egois, dia ingin dimengerti tanpa berbicara tapi tidak mau mengerti balik orang lain.

Abel mengambil piring Ardian dan menyendokan nasi cukup banyak, "Habisin. Aku ngga mau tau harus habis, nggak boleh dibalikin tapi kalo nambah boleh."

"Yaudah, jangan salahin kalo ayamnya abis sama aku." Ardian langsung menyambar tiga potong ayam ke dalam piringnya, begitupun dengan tahu dan brokoli.

"Basmalah dulu kali." Ujar Abel saat Ardian hendak melakukan gigitan pertamanya.

"Udah dalem hati." Ardian kembali mendekatkan potongan ayam itu pada mulutnya.

"Kaya punya hati aja." Abel tertawa saat Ardian menghentikan kembali gerakannya.

"Punya makanya bisa suka sama kamu juga." Kali ini bukan gerakan Ardian menggigit ayam yang terhenti melainkan tawa Abel yang terhenti. Ucapan Ardian seperti sihir dalam kepalanya, laki-laki berkacamata yang duduk disampingnya itu jarang berkata manis, bahkan dia jarang berbicara jika itu bukan hal yang penting. Tapi malam ini rasanya Abel berhasil menemukan sisi lain pada Ardian, dan itu terlihat menyenangkan. Abel tak ingin membaginya pada dunia, dia berharap jika dialah yang pertama kali melihat sisi menyenangkan dalam diri Ardian selain keluarganya.

"Kok malah bengong ?? ayo dong makan!! Itu cacing di perut kamu udah dangdutan gitu." Ardian kembali mengambil ayam dari piring.

"Astaga !!! dasar nyebelin!!" jerit Abel keras saat melihat dua potong tulang ayam di atas piring Ardian.

Makan malam akhirnya selesai, Ardian buru-buru kembali ke kamar setelah membantu Abel menggeringkan piring

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makan malam akhirnya selesai, Ardian buru-buru kembali ke kamar setelah membantu Abel menggeringkan piring. Abel berinisiatif untuk membuatkan kopi untuk Ardian lalu membawanya ke kamar.

"Hey, ini aku buatin kopi, siapa tau kamu perlu." Abel meletakan gelas kopi di samping laptop Ardian, "Katanya kan programmer itu masukin kopi ke kode." Lanjutnya. Namun Ardian tidak membalas ucapannya, matanya masih terfokus pada layar hitam dengan sederet tulisan -seperti semut bagi Abel- yang berwarna warni.

"Disillusionment phase." Ujar Ardian sambil menengokan kepalanya pada Abel.

"Kamu lagi ngapain sih ??"

"Aku lagi ngoding." Jawab Ardian dengan santai sambil kembali menatap layar hitam di laptopnya.

"Hah ?!! ngoding ?? apaan tuh ??"

My Dearest is A ProgrammerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang