12. My Dearest is A Programmer- Neighbour

Mulai dari awal
                                    

"Sa-Salsabella Kirara, pangil aja Abel, bu." Abel buru-buru menutup bibirnya dengan sebelah tangan.

"Aduh jeng Abel ini, udah dibilangin jangan manggil ibu, panggil jeng Milla aja." Wanita itu menaik turunkan kedua alisnya. Lagi-lagi Abel mengangguk, "Saya kesini tuh mau ngajakin jeng Abel buat gabung ke grup Whatsapp nya ibu-ibu komplek sini. Jeng Abel kan penghuni baru disini, biar gampang akrab sama tetangga-tetangga sini."

Abel mengerutkan alisnya, dia tidak berniat untuk tinggal disana. "Tapi jeng, saya..." tiba-tiba terdengar suara azan.

"Aduh jeng, saya harus pulang. Ini tulis aja nomor jeng, nanti saya masukin." Milla menyodorkan ponselnya. Abel menerima ponsel itu dan mengetikan nomornya dengan ragu. Ini pasti akan menjadi masalah.

Milla langsung menyambar ponsel di tangan Abel, "Yaudah jeng, saya pulang dulu udah magrib, suami saya sudah nunggu di depan." Abel bangkit untuk mengantar Milla hingga ke ambang pintu. Di luar terlihat seorang laki-laki mengenakan baju koko berwarna sama dengan yang digunakan Milla. Laki-laki itu tersenyum pada Abel, lalu menggandeng Milla dengan mesra. Milla melambaikan tangannya pada Abel.

Abel pun melambaikan tangannya sambil tersenyum, setelah pasangan ibu dan bapak RT itu pergi dengan terburu-buru Abel menutup pintu dan masuk ke dalam rumah. Abel kembali duduk sambil menggerakan tangannya di atas bibir dengan gelisah, "Ini bakalan jadi masalah, gue dikira istrinya Ardian kali ya ?!! aduh !!! gue bakal jadi bahan gosip seumur-umur kalo ngga jelasin. Ngapain juga tuh ibu RT ke sini pas si Ardian ngga ada, gak ada waktu lain apa ?!!"

Abel bangkit dan berjalan menuju kamar mandi saat azan sudah selesai. "Duh temen si Ardian balik bentar lagi pula, semuanya cowok lagi. Aaaah gue pasti dikira ngapa-ngapain disini." Erang Abel dengan frustrasi. Tidak ada pilihan lain selain meminta bantuan Ardian untuk menemui Milla sebelum pulang ke rumah nanti.

Pukul enam lebih lima belas Ardian kembali dari masjid wajahnya masih sama seperti tadi saat meninggalkan rumah, senyum jahil masih menempel pada wajah tampannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul enam lebih lima belas Ardian kembali dari masjid wajahnya masih sama seperti tadi saat meninggalkan rumah, senyum jahil masih menempel pada wajah tampannya. "Bel, kamu masih di dalam ??" tanya Ardian di depan pintu kamarnya, saat melewati ruang tamu ia pikir akan menemukan Abel tengah duduk di kursi menunggunya seperti yang dilakukan Alleta, menunggu Kenan kembali dari masjid, lalu mereka akan berjalan bersama ke meja makan.

Bayangannya terlalu indah. Padahal baru beberapa jam lalu Abel menyatakan perasaannya padanya tapi dia sudah berharap banyak. Abel membuka pintu dengan rambut sedikit berantakan, sepertinya Abel tidak membawa cermin kecil dan Ardian memang tidak memasang cermin di kamarnya.

"Yuk makan!!" sambut Ardian dibarengi senyuman.

Abel membalas senyuman Ardian, "Kamu duluan." Bibir Ardian bergerak mengatakan Ok!! Tanpa suara, lalu berjalan di depan Abel.

Aroma pedas manis masih menguar dari piring saat Ardian membuka tudung saji, "Serius kamu yang bikin ini ??" Ardian menarik kursi di samping kirinya tanpa menarik kursi di samping kanannya untuk Abel, ia pikir Abel akan duduk di seberangnya.

My Dearest is A ProgrammerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang