Home

1.6K 202 7
                                    

Suara-suara ribut berhasil membuka mata (y/n). Sejenak indra penglihatannya itu masih memeriksa keadaan sekitar.

Yosano sedang duduk disamping tempat tidurnya. Kenji yang sudah membawa bunga warna warni yang indah, Ranpo yang masih sibuk memakan cemilanya. Tanizaki bersaudara yang juga menunggu disana. Fukuzawa, Atsushi, Kyouka, dan juga Dazai.

"Yokatta, aku senang kau kembali." Ucap Atsushi yang sepertinya daritadi sempat panik.

"(y/n)-chan!! Kenapa kau meninggalkan kami??" Naomi mengembungkan pipinya sambil beberapa kali menghentak lantai, namun dibalik itu sebenarnya dia senang karena (y/n) akhirnya kembali.

"Yo! Kau sudah bangun rupanya." Dari pintu masuk ruangan, nampak Dazai yang membawakan sebuah mangkuk beruap bersama segelas air.

Ia meletakan mangkuk itu diatas meja yang bersebelahan dengan tempat tidur. (Y/n) tidak memberi respon apapun, anggota agensi lainnya juga kebingungan melihat (y/n) yang sempat ceria kini kembali menjadi pendiam.

"Aku membawakanmu sup kacang merah. Kau suka, kan?" Dazai kembali mencoba mengajak (y/n) bicara, namun masih tak ada respon.

Melihat sikap (y/n) yang tidak wajar, Yosano segera turun tangan. "(Y/n), apa kau merasakan sesuatu?"

(Y/n) hanya menggeleng. Kepalanya mulai berputar kembali memeriksa sekitarnya, ia mencoba untuk bangkit dari kasurnya walaupun tubuhnya masih terasa sakit.

Sakit..?

"Yosano-san, kenapa... badanku terasa sakit?" Akhirnya suaranya kembali terdengar.

"Katakan bagian mana yang terasa sakit?"

Port Mafia

Entah sudah berapa kali gadis imut kesayangan Mori Ougai itu mondar mandir di ruangannya. Raut kesal dan tak sabarnya masih terpasang di wajah gadis kecil itu.

"Rintarou! Kemana (y/n)?"

".... uhm.. Sepertinya dia tidak akan pulang kesini hari ini."

"Ha?? Kenapa??"

Mori bisa saja mencubit gemas kedua pipi Elise saat ini, tapi sayang moodnya sedang tidak mendukung.

"Nee.. Elise chan, (y/n) itu bukan anak kecil sepertimu. Dia memiliki pekerjaan yang harus dia kerjakan di luar sana, kau tahu?"

(Y/n)-chan, kau pikir aku akan membiarkan mu begitu saja? Huh, jangan mimpi.

(Y/N) POV

Malam, ku tatap jarum jam yang sudah menujuk pukul 9. Mataku seperti tak bisa tertutup, sambil terus menggenggam segelas air hangat di tanganku. Aku menyenderkan tubuh ke sandaran kasur.

"....."

Manik ku seakan tertarik pada pria berjas coklat yang baru saja terlelap di sampingku sambil meletakkan kepalanya diatas kasur.. Kuelus rambutnya yang sedikit acak acakan dengan tangan kiriku, lembut dan wangi. Hingga tanpa kusadari aku membuat lekukan seperti perahu dengan bibirku.

Handphone ku bergetar, aku segera merogoh benda berbahan metal(?) itu dari atas meja kecil dipenuhi kantong plastik yang entah apa isinya.

"Fukuzawa-san?" Membaca nama pengirim pesan saja aku sudah merinding, bagaimana aku membaca isinya?

Lebih berhati-hatilah lain kali, perhatikan setiap tindakan dan keputusanmu.

Aku menelan saliva ketika membaca pesan itu, aku rasa beliau marah padaku.

Saya minta maaf sebesar-besarnya. Dan terima kasih banyak atas sarannya, saya akan lebih berhati-hati lain kali.

"Send!" Aku menaruh kembali hp-ku diatas meja sambil menghela nafas. Sungguh, aku tidak menyangka akan mendapat pesan seperti itu.

Tangan kiri ku masih terus mengelus kepalanya, ini bukanlah hal yang tidak biasa bagiku. Sejak dahulu dia memang sering memintaku mengelusnya saat dia tidur.

Aku mengenal Dazai sejak lama. Awal pertemuan kami adalah, 8 tahun yang lalu.

Aku bertemu dengannya karena tak sengaja berpapasan dan menyenggolnya. Dia mendecih pelan dan menatapku sinis sambil terus berjalan. Tidak heran saat itu dia masih merupakan anggota Port Mafia.

Terdengar suara decitan pintu yang terbuka, dan seorang wanita melangkah masuk kedalam sambil membawa beberapa buku.

"Kau yakin akan baik-baik saja?" Mata Yosano menatap Dazai dengan putus asa.

"Dia tertidur pulas."

"Aku tidak mau mendengar keluhan jika dia melalukan sesuatu padamu, oke?" Yosano pun mengangkat sebuah mangkok dan beberapa kantong plastik dimeja.

"Bagaimana? Sudah mulai baikan?"

Aku mengangguk dan kembali meneguk segelas air di tanganku yang mulai mendingin.

"Syukurlah dia gagal."

"Apanya?"

"Ah bukan apa-apa, jangan lupa minum obat mu. Aku akan kembali besok."

Malam ini pun terasa semakin tenang setelah langkah sepatu itu perlahan menghilang. Dazai tidur dengan lelap nya, hingga dengkurannya dapat ku dengar samar-samar.

Dapat kembali kesini saja, aku sudah tenang.

"Tadaima.."

TBC
Terima kasih atas komennya ~

Your Heart (Dazai x Reader x Chuuya)Where stories live. Discover now