11. My Dearest is a Programmer- Ace Hardware Shopping Date

Comenzar desde el principio
                                        

Ardian terdiam, ‘Beasiswa ?? beasiswa ke Jepang kata si Fikri tadi ??’

“Selamat siang, ada yang bisa dibantu ??” Sapa seorang pramuniaga bertubuh tinggi sambil tersenyum.

Tanpa sadar Abel dan Ardian ikut tersenyum saat melihat senyum wanita itu. Lesung pipi terbentuk jelas pada kedua pipinya yang merona dengan bantuan blush on. Abel segera menghilangkan keterpanaannya dan menyebutkan barang-barang yang Ardian perlukan.

Pramuniaga itu berjalan di depan Abel dan Ardian menuju bagian bedroom, lalu mereka berhenti dihadapan sebuah tempat tidur berukuran sedang. “Saya merekomendasikan set minimalis seperti ini, sangat cocok untuk pasangan muda seperti mas dan mbak...”

Wajah Abel tiba-tiba merona, sedangkan wajah Ardian tetap datar. “Yaudah mbak saya ambil yang ini dua. Saya juga perlu tempat tidur king size dua buah.” Pramuniaga itu tersenyum lalu mengajak Abel dan Ardian menuju bagian bedroom set yang lain.

Setelah menemukan kasur yang pas, pramuniaga itu mengajak Ardian dan Abel ke bagian living room untuk memilih meja untuk multi komputer Ardian. Pilihan Ardian jatuh pada sebuah meja minimalis berwarna biru berkaki pendek warna putih, bentuknya seperti penutup mata yang biasa digunakan Zea saat malam. Setelah menemukan tujuan utama Ardian, pramuniaga cantik itu pun meninggalkan Abel dan Ardian untuk mengurus pengiraman barang. Abel mengajak Ardian mencari barang untuk menghias rumah.

Ardian terus mengikuti Abel dari belakang, gerakan Abel lincah bergerak kesana kemari saat memilih barang. Abel tidak bertele-tele dia langsung berjalan menuju bagian yang diperlukan tidak mengajak Ardian berkeliling untuk sekedar melihat-lihat.

Waktu tidak terbuang sia-sia, semuanya efektif dan efisien.

“Bel, aku pengen wallpaper buat ruang tengah kaya di rumah kamu.” Ujar Ardian saat mereka berada di bagian living room.

“Huh ?!!” Abel menghentikan gerakan memilih lampu duduk untuk di ruang tengah. “Wallpaper yang pohon lagi gugur ??” Ardian mengangguk,  “Aduh aku ngga tau belinya dimana, soalnya kakak aku yang beliin.”

“Kakak ??” seingatnya Abel adalah anak pertama dan memiliki seorang adik laki-laki, dia tidak memiliki kakak.

“Ah... kamu belum tau ya, aku punya temen yang seumuran sama kamu. Waktu itu dia lagi jalan-jalan keluar kota, pulangnya bawain itu buat aku.”

“Oh.” Ardian menganggukan kepalanya seperti boneka di dashboard mobil.

“Udah semua deh kayanya.” Abel menunjuk satu persatu benda di dalam troli.

“Kamu yakin ngga mau beli parutan itu ?? mumpung kesini.”

Abel menggeleng, “Ngga usah, nanti aja kalo udah bener-bener perlu.” Dalam hati Ardian membenarkan ucapan Abel. Wanita yang dapat mengatur prioritas hidupnya adalah wanita idaman.

 Wanita yang dapat mengatur prioritas hidupnya adalah wanita idaman

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
My Dearest is A ProgrammerDonde viven las historias. Descúbrelo ahora