105.

10.2K 581 162
                                    

Senin, 9 April 2018. Hari ini adalah hari dimana pelajar SMA mengikuti UNBK. Semua murid langsung masuk ke dalam ruangan masing-masing ketika bel pertanda masuk dibunyikan.

Pengawas sudah berada di sana untuk memberikan arahan.

"Gak mau pake kursi roda!"

Felix yang tengah menatap komputer tiba-tiba jantungnya berdetak sangat cepat ketika mendengar suara yang ada di luar. Tangannya terulur untuk mengusap telinganya dengan sedikit kasar.

"Harus pake!"

"Gak mau lah, malu!"

Pengawas yang ada di dalam memutuskan keluar dari ruangan untuk mengecek siapa yang membuat keributan disaat akan dimulainya ujian.

Ketika berada di luar, pengawas itu melihat dua orang yang tengah berpandangan. Salah satu orang yang berada diluar sana tengah memegang kursi roda dengan mata terus menatap orang yang berjenis kelamin perempuan yang tengah menatapnya juga.

Perlahan pengawas itu mendekat, ia membaca nama yang tertera di baju seragam orang yang berjenis kelamin perempuan itu.

"Starla Affrida! Ayo masuk!" bentaknya.

Orang yang dipanggil menoleh, ia menyengir kemudian menganggukan kepalanya. Mungkin ekspresi Starla terlihat bodoh, tetapi gadis itu sudah berusaha semaksimal mungkin supaya tidak terlihat tolol.

Felix kaget ketika mendengar nama yang diteriakkan. Wajah Felix dialihkan ke arah pintu.

1

2

3

4

Dan pada hitungan kelima orang itu muncul. Benar, Starla Affrida di sana dan tengah memandang segala arah, mungkin untuk mencari tempat duduknya.

Mata Felix berkaca-kaca ketika melihat Starla Affrida berjalan masuk ke dalam kelas, gadis itu berjalan dengan sedikit terpincang-pincang. Bahagia, itulah yang Felix rasakan sekarang. Starla Affrida yang selalu menemaninya kini masih ada di sini, masih ada di tempat yang sama dan yang paling jelas adalah Starla Affrida-nya masih hidup.

Starla memilih duduk di tempat yang kosong, mungkin saja itu tempat duduknya karena sudah tidak ada tempat yang lain. Lagipula, itu pasti tempat duduknya karena ia sudah melihat cara duduknya yang berdasarkan huruf depan nama mereka.

"Siapa kamu?" tanya pengawas yang tadi berteriak.

"Adiknya," jawab Kalza dengan tersenyum manis. Ia tidak akan mengeluarkan ekspresi jahatnya. Jika dikeluarkan, dipastikan ia tak akan bisa berada di sekolahan Starla lagi.

"Mengantarnya sudah kan? Sekarang pulang sana, atau tunggu di gerbang depan," kata pengawas itu kemudian masuk ke dalam tanpa permisi atau mengucapkan sesuatu yang manis untuk Kalza.

Bibir Kalza sedikit bergerak, mungkin lelaki itu tengah mengeluarkan sumpah serapahnya.

Karena tidak ingin mendapatkan masalah akhirnya Kalza pergi dari depan ruangan Starla mengikuti ujian.

Keadaan sekolahan Starla benar-benar sangat sepi, Kalza memutuskan untuk pergi ke gedung satu karena gedung dua dijadikan berlangsungnya UNBK. Selama Starla mengerjakan soal ujiannya, Kalza akan mengawasi dari luar.

Tangan Kalza bergerak untuk mencari ponselnya yang ada di saku celananya. Ia mencari mengotak-atiknya sebentar kemudian menempelkannya di telinga.

"Hallo, gimana?"

"Beres boss," kata orang diseberang sana.

"Awasi terus dan jangan lengah," kata Kalza. Setelah mengatakan hal demikian lelaki itu memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang