81.

12.4K 529 74
                                    

Starla terpaksa ke rumah Levitra karena wanita itu maksanya, tidak, bukan Levitra yang memaksanya tetapi Devia. Iya, wanita itu tengah berada di rumah Levitra. Starla tidak tau pasti apa yang Devia rencana tetapi gadis itu tetap kesana sebagai bentuk rasa hormatnya karena telah diundang.

Starla masuk ke dalam rumah, ia segera menuju ke dapur ketika mendengar keributan.

"Tidak! Aku tidak ingin terkena diabtes!" Itu suara Levitra. Wanita itu sepertinya tengah marah kepada seseorang.

"Tidak! Kau tak akan kena diabetes hanya dengan gula sedikit ini!" teriak Devia, suara wanita itu terdengar lebih nyaring.

Levitra menatap Devia dengan berkacak pinggang, "Sedikit? Jangan remehkan kata sedikit!" tegasnya.

"Sepertinya kalian sedang mengadakan konser," ucap Starla. Gadis itu menuju ke dapur dengan membawa satu toples camilan.

Levitra menolehal dengan wajah terkejut. Betulkah yang sedang duduk adalah Starla? Levitra mengucek matanya dan benar, itu memang Starla.

Levitra mendekati Starla yang tengah duduk. "Kau ... kesini?"

Starla mengangkat wajahnya, tadinya ia sedang fokus ke camilan. "Apa tidak boleh?"

Levitra tersenyum begitu lembut, bagaimana bisa ia tidak memperbolehkan Starla datang? Ia bahkan masih berharap Starla akan tinggal bersamanya kembali.

"Sudah makan?" tanya Levitra lembut.

Starla kembali menunduk dan memakan camilannya.

"Belum, sepertinya Ibuku lupa memasak."

Tak ada jawaban, Starla kembali mengangkat wajahnya dan menatap Levitra dalam. "Maksudnya adalah Ibuku yang ada di Indonesia. Aku mempunyai dua orang Ibu."

Lega, itulah yang dirasakan oleh Levitra. Ia senang karena Starla sudah menganggap ia Ibunya. Levitra bahkan tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.

"Gak mau peluk Tante, eh?" sindir Devia masih sibuk dengan adonannya.

"Kayaknya enggak Tant, nanti Lala ganggu Tante," sahut Starla dengan terkekeh sedangkan Devia sudah berdecak.

"Kamu mau makan apa?" tanya Levitra.

Devia melihat ke arah Starla. "Tidak perlu, makan cake yang kubuat saja, oke?" Devia menyatukan jari telunjuknya dengan ibu jari disertai kedipan mata sebelah kanan.

"Sepertinya ide bagus," ujar Starla dengan tersenyum lebar.

Levitra tak suka dengan keadaan ini, wanita itu kemudian menghampiri Devia dan merecoki wanita itu dengan cara menambah tepung, telur dan satu sendok garam. Ehh? Satu sendok garam?

"Kau ingin merusak adonanku hah!" teriak Devia dengan menatap Levitra.

Levitra mendengus. "Ya!"

"Berhentilah kekanak-kanankan," ujar Starla dengan terkekeh ketika melihat dua wanita itu sedang adu mulut dan melemparkan tatapan tajam satu sama lain.

"Lala," panggil seseorang.

Starla menoleh ke sumber suara. Daniel ada di sini?

"Kamu di sini?" Starla turun dari kursi yang ia duduki.

"Ambil motor," jawab Daniel.

Di belakang Daniel ada Ryan, Starla tak tersenyum. Ia justru berniat tak melihat ke arah Ryan.

Daniel mendekati Starla, ia mengusap kepala Starla dengan sayang. Lelaki itu menatap Starla tepat di mata cokelat gadis itu. Ia tidak menyangka bahwa Starla begitu berjuang bahkan sangat berjuang dalam hidupnya.

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang