72.

12.5K 578 81
                                    

Sampai hari ini Starla tak pulang ke rumah sejak lelaki itu mengajaknya pergi dari rumah. Siang ini cuaca terasa panas, Starla menengadah ke atas dan sinar matahari sedang semangat-semangatnya memancarkan cahayanya. Starla melepaskan kaca mata hitamnya lalu masuk ke dalam perusahaan milik sang ayah.

Sudah lama Starla tak menginjakkan kakinya di sana, ia bahkan tak tau kapan ia berbicara dari hati ke hati dengan Alex. Selama ini yang ia dapatkan hanyalah bentakan dari Alex. Di perusahaan ayahnya pun banyak yang tak mengenal Starla, mereka jarang bersama bahkan mereka tak terlihat mirip sama sekali.

"Maaf, mau menemui siapa?" tanya sekertaris Alex.

"Bokap, gue anaknya."

Sekertaris Alex menatap Starla intens dari bawah ke atas lalu dari atas ke bawah. Wanita itu seperti tidak percaya dengan ucapan Starla karena tidak mungkin Alex mempunyai anak seperti Starla.

"Apa?" Starla menajamkan matanya. "Gue gak pantes gituh? Perlu gue bawa akta kelahiran atau kartu keluarga buat membuktikan gue anaknya Pak Alex? Atau perlu tes DNA?"

"Jika diperlukan."

Starla berdecih. "Najis, songong lo." Starla masuk ke dalam namun dicegah oleh sekertaris Alex.

"Apa sih! Lepasin gue!" pekik Starla dengan menghempaskan tangannya supaya sekertaris Alex melepaskan cekalannya.

"Ada apa ribut-ribut," ujar Alex dengan mendekati mereka berdua.

"Maaf Pak tapi saya sudah melarang gadis ini," ujar sekertaris Alex dengan menundukkan kepalanya.

"Dia anakku," kata Alex dengan sedikit ketus.

Sekertaris itu semakin menundukkan kepalanya.

"Makanya dengerin kalo gue ngomong!" bentak Starla.

"Maaf Nona," katanya dengan lirih.

"Sudah, ayo masuk," ajak Alex lalu mereka berdua masuk ke dalam ruangan meninggalkan sekertaris Alex di depan.

"Tumben sekali kau kesini, ada apa?" tanya Alex tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.

Lihatlah, Alex sedang berbicara dengan anaknya bagaimana bisa pria itu seolah menganggap Starla orang lain.

"Papa berbohong." Alex membalikkan tubuhnya, ia memincingkan matanya.

Starla tertawa remeh. "Papa bilang rumah itu udah dijual, tapi kenapa Pak Kim masih di sana? Bahkan sertifikat rumah itu udah atas nama Starla. Kenapa Papa bohong kalo rumah Mama dijual?"

"Sudahlah, jangan bahas itu lagi," ujar Alex dengan malas, lelaki itu duduk di singgasananya dan memilih fokus dengan berkas-berkas yang ada di depannya.

"Begitu ya? Kalo begitu serahkan kunci rumah itu." Starla menjulurkan tangannya.

"Papa gak pegang," alibi Alex.

"Benarkah? Apa perlu Starla cari sendiri?"

Alex berdiri seraya menggebrak meja. "Starla! Kita sudah berjanji bahwa kita tidak akan membawa-bawa Mama kamu ke dalam hidup kita yang baru."

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang