6.

22.6K 964 167
                                    

Jam pembelajaran baru saja usai, semua murid bergegas menuju ke kantin. Daniel dan ketiga temannya langsung menuju ke tempat duduk meraka yang selalu di tempati.

"Aduh gue laper banget, Masya Alloh," ujar Kafin sembari makan somay yang baru saja di belinya.

"Lo gak makan berapa hari si ! Harus gitu udah pesen somay, diikuti mie ayam," ujar Arka.

"Brisik! Laper gue," ucap Kafin.

Ryan hanya bisa geleng-geleng, Kafin memang seperti ini, tidak makan seharian dan besoknya makan dua porsi bahkan bisa lebih.

"Hai guys, minta perhatiannya," teriak seseorang. Daniel dan ketiga temannya langsung menoleh ke sumber suara.

"Itu siapa si?" Tanya Daniel mengangkat dagu menunjuk seseorang.

"Omi," jawab mereka bertiga bersamaan.

"Ayo katanya mau baca puisi buat Starla," ujar Omi memegang bahu seorang cowok.

"Ergh..." Cowk itu justru terlihat salah tingkah, di lihat banyak orang dan menjadi pusat perhatian seisi kantin.

Starla hanya diam saja tak berniat berbicara sedikitpun, justru kelima temannya yang sudah heboh.

"Ayo di baca," paksa Felix.

"Cowok kan?" Tanya Amber.

Cowok tersebut mengangguk, ia lalu beralih menatap Starla yang sedang menundukkan kepalanya sembari memainkan ponsel.

"Katanya suka sama Starla masa bacain puisi aja malu," ujar Kris.

"Nama lo siapa?" Tanya Amber.

"Arez," jawabnya.

"Udah sana pergi, gak niat banget jadi orang," usir Felix sembari mengibaskan tangannya.

Arez menghembuskan nafas panjang, ini saatnya mengungkapkan isi hatinya. Masa bodoh di tolak, yang penting ia sudah menyatakannya.

"Starla." Arez memberanikan diri untuk membaca puisinya.

Beberapa detik Arez terdiam, mendadak ia lupa dengan puisi yang sudah ia siapkan.

"Star dan la, star yang berarti Bintang." Arez tak mengikuti alur puisinya, ia sudah tidak berniat membacakan puisi yang sudah ia hafal beberapa hari ini karena lupa. Mana mungkin mau menyatakan cinta masih pake baca tulisan di kertas.

"Bintang? Siapa yang tidak mengenalnya. Dia adalah hal yang sangat di tunggu kedatangannya, langit terlihat tak indah jika tak di hiasi oleh kerlipan bintang." Arez menelan ludahnya, ia sekarang bingung harus mengatakan apa lagi supaya Starla mau menatapnya.

"Tapi gue beda, gue gak kagum dengan bintang di langit. Tapi gue kagum dengan bintang yang berada di depan mata gue." Seketika sorakan terdengar di kantin.

"Gue tau, gue bukan apa-apa di mata lo. Starla Affrida, sejak pertama gue ketemu sama lo, sejak kita berpapasan di koridor, dan sejak lo nol--

"Sorry, bu kepsek manggil," potong Starla sembari memperlihatkan caller id yang tertera di layar ponselnya.

Ada banyak nada kecewa dari anak-anak di kantin.

"Hallo bu," ujar Starla sembari bangkit dari duduknya.

"Iya bu, iya lagi di kantin," ujar Starla lalu keluar dari kantin tanpa mau berpamitan dengan yang lain.

Arez bingung, apa yang harus ia lakukan sekarang.

"Ah, Starla gak asik nih. Gak ada kejutan buat dia," ujar Felix sembari menunjuk ke arah Arez menggunakan ekor matanya.

"Udah sikat aja," ujar Omi lalu menarik Arez dan di dudukannya di kursi yang tadi di tempati oleh Starla.

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang