"Hubungan gak cuma berdasarkan rasa sayang aja. Jangan mentang-mentang salah satunya masih punya perasaan dan dia harus berjuang. Punya hubungan gak semudah itu!"

"Iya lo bisa ngomong kayak gini karna gak ngerasain jadi gue. Hubungan gue beda sama lo yang cuma nunggu beberapa tahun dan nyatu lagi tanpa hambatan. Perlu banget, gue bilang ke bokap supaya jodohin Devan. Biar lo mikir dan gak ngomong seenaknya?"

Devan berdiri. Matanya menatap tajam Alissha. "ALISSHA!" Bentaknya.

Alissha tertawa sinis, meninggalkan Haura beserta yang lainnya.

Ucapan Haura cukup menyinggungnya. Seharusnya Haura paham, di saat seperti ini dirinya hanya butuh ketenangan.

👑

"Sha! Buka pintunya!" Iya, daritadi Devan mengetuk pintu kamar Alissha yang terkunci. Tapi samg pemilik kamar samasekali tidak berniat membuka pintunya.

Moodnya belum membaik, ucapan Haura benar-benar membuatnya kesal setengah mati. Harus kah ia membujuk papanya agar menjodohkan Devan?

Calm down, Alissha gak boleh gegabah. Lo hanya menambah masalah kalau begitu

Lagi lagi suara pintu diketuk, kali ini lebih pelan dari biasanya. Alissha tau yang mengetuk adalah Sonya, mamanya.

Alissha membuka pintunya dengan malas, tanpa menengok keluar ia kembali ke kasurnya.

Sonya masuk dan duduk di pinggir kasur anak bungsunya.

"Lissha, sayang," mulai deh dibujuk sama Sonya supaya mau maafin Devan. Alissha tau persis ini suruhan Devan.

Merasa diabaikan, Sonya menghela nafas. "Kamu sudah dewasa. Devan gak bermaksud untuk bentak kamu Sha, mama tahu. Dia hanya emosi karna kamu ngomong begitu ke Haura," Sonya mencoba memberi pengertian.

Alissha masih diam. "Haura kan memang gak tahu persis seperti apa keadaannya. Begitu juga Devan. Hanya kamu dan Alex yang tahu bagaimana keadaannya."

"Jodohin aja Devan, biar mereka tahu gimana keadaannya," Kata Alissha cuek kemudian beranjak dari kasur menuju kamar mandi.

Keluar dari kamar mandi dengan pakaian santai, Alissha masih melihat Sonya yang menatapnya. Menghindari kontak mata dengan Sonya, Alissha mengambil ponsel dan tas kecil selempangnya yang juga berwarna hitam.

"Lissha pergi," kata Alissha sembari menyambar kunci mobilnya.

Saat melewati ruang tamu Alissha bertemu dengan Devan yang sedang berjalan menuju lantai dua. Lissha tidak melirik Devan sedikitpun, sedangkan Devan menatap kepergian adiknya dengan diam.

Tujuan Alissha saat ini adalah mal, ia akan melampiaskan kekesalannya dengan berbelanja. Cara paling aman. Mengingat biasanya ia akan melempar pisau dan menembak.

Keluar dari mobilnya, tatapan Alissha jatuh kepada mobil di sampingnya. Familiar, seperti pernah melihatnya tapi entah dimana.

Tak ingin ambil pusing, Alissha masuk ke dalam pusat perbelanjaan tersebut membuat beberapa orang menatapnya iri dan kagum.

Ia masuk ke salah satu toko baju, baru saja menyentuh baju yang menurutnya menarik, sebuah tangan dari seberang juga menyentuh baju yang sama.

Membuat Alissha mendongak, dan BOOM!

Orang itu adalah Sahila dengan Alex di sampingnya sembari memainkan ponsel. "La, yang tadi ja-" ucapan Alex terhenti begitu mendongak dan melihat mantan pacarnya yang tengah terpaku.

"Ambil aja," Alissha meninggalkan kedua orang yang membuat moodnya semakin hancur.

Bukankah ucapan Alissha terdengar ambigu? Sebenarnya apa yang ia maksud ketika menyuruh Sahila mengambilnya.

"Gue butuh pistol sekarang juga!"

👑

OW OW
Gantung nih readers

By the way, karena part 24 aku private, readersnya berkurang drastis hahah.
Tapi gak masalah kok aku bakal tetep update kalau bisa

Umm gak lama kayaknya aku bakal update cerita baru deh, bersedia baca gaak?
Tapi aku masih pikirin lagi sih, takutnya cerita ini jadi terabaikan hihihi

Fake NerdWhere stories live. Discover now