-FN#22-

54.6K 3.7K 72
                                    

Entah perasaan saya bagaimana
yang jelas saya nyaman sama kamu

👑

Di hari yang sama di tempat yang berbeda. Alissha menikmati nasi gorengnya di kantin sendirian.

Alea dipaksa Axel untuk ke taman belakang, entah apa yang akan mereka lakukan. Sedangkan Devan, menemani Haura di UKS yang sedang sakit perut akibat datang bulan.

Masih tersisa setengah porsi nasi goreng, ponselnya berbunyi.

Albert: perpustakaan
Albert: rak pojok kanan
Albert: sekarang

Alissha tersedak nasi gorengnya. Bagaimana bisa Albert dapat id line nya? Tidak, yang ia pikirkan bukan hanya itu, tetapi kenapa Albert mengirim pesan seperti itu. Tidak mungkin kan cowok itu salah kirim?
Lagipula memangnya Albert sekolah di sini? Alissha bahkan tidak tahu.

Dengan rasa penasaran tinggi, Alissha meninggalkan nasi gorengnya dan ke perpustakaan dengan yakin.

Cewek itu datang ke tempat yang Albert beri tahu. Benar saja, ada Albert sedang bermain ponsel disana.

Ah! Jawaban dari pertanyaan 'wajah Albert tak asing' adalah Albert bersekolah di sini, dan mungkin Alissha pernah melihatnya sekilas.

Alissha berdiri bersedekap dada, sedangkan Albert masih duduk diantara rak buku besar, bersandar pada dinding.

Cowok itu memberi kode agar Alissha duduk di depannya. Lissha menurut. Ternyata Albert adalah kaka kelasnya, kelas XII. Terlihat dari dasinya yang tertulis 'XII' di tengah.

"Kenapa?" Tanya Alissha tak basa basi.

"Mau ngajak lo ke arena."

"Gue sibuk."

"Ck, ayolah. Gak sopan nolak ajakan yang lebih tua."

"Gak."

"Please? ya?"

"Kok maksa?"

"Gue stress, butuh temen. Kayaknya lo orang yang tepat."

"Lo salah."

"Nggak, gak mungkin salah."

Lelah dengan cowok di depannya ini. "Lo atur deh."

"Yes! Yaudah nanti saya chat ya, sana pergi."

Seorang Alissha diusir? Padahal kan Albert yang butuh. Ck ck ck. Alissha memaki cowok itu sepanjang jalan kembali ke kelas.

Di kelas ada Devan yang sedang menangkup pipi Haura. Mengingatkan Alissha pada Alex yang kini masih di rumahnya, mungkin.

Pemandangan memuakkan itu ia abaikan dengan menelungkupkan kepalanya di meja beralaskan tas sekolahnya.

Tak lama Alea kembali dengan dua coklat di tangan kanannya. Alissha masih malas untuk sekedar mengangkat kepala.

"Sha, masa gue dikasih coklat sama Axel. Padahal gue mintanya pancake buatan Tante Hana," Alea duduk di tempatnya.

Alissha tidak membalas ucapan orang di sampingnya. Tidak berniat membuka suara, mulutnya seakan terkunci.

Alea yang lelah bicara tanpa mendapatkan reaksi apapun dari Alissha mendecih. Menatap sebal orang di sampingnya, sedangkan tangannya membuka bungkus pertama cokelat pemberian Axel.

Biarpun tidak sesuai permintaan, Alea akan tetap senang. Karena Axel menyempatkan diri untuk membelikannya cokelat.

👑

Kini siang berganti malam. Alissha menepati ucapannya kepada Albert. Setelah mendapat pesan dari Albert, Alissha segera bersiap dan menyambar kunci mobilnya.

Ia sengaja tidak mengajak Alea, justru membohongi cewek itu dengan berkata bahwa ia ada urusan pribadi sebentar. Tak sepenuhnya berbohong, karena memang urusannya dengan Albert bersifat pribadi.

Dan soal Alex? Alex pulang ke rumahnya dijemput oleh Hana sore tadi, sebelum Alissha pulang sekolah. Alex hanya memberinya pesan singkat yang hanya ia baca.

Alissha merasa sejak tadi pagi, ah bukan, sejak Alex sadar dari mabuknya, cowok itu aneh. Alissha tak mau memusingkan diri memikirkannya.

Mengendarai mobil ke tempat yang sudah disepakati keduanya, setelah memarkirkan mobil, Alissha menghampiri Albert yang tengah bersandar di mobil sembari bersedekap dada dengan permen karet di mulutnya. Ketampanannya bertambah drastis.

"Ayok," Alissha langsung mengajak Albert balapan tanpa ada basa basi. Menurutnya, waktunya untuk duduk di balkon kamar sangat penting dibandingkan dengan balapan bersama cowok 'tengil' ini.

"Sabar dong, gue baru sampe."

Albert gila? Itu yang ada dipikiran Alissha saat ini. Yang baru sampai adalah Alissha, bukan Albert. hadeh.

"Gak jadi? gue balik."

"Bisa sabar gak? Gue kan baru sampe."

"Gue yang baru sampe."

"Ikut gue aja deh."

"Balapannya?"

"Ya gak jadi."

"Kemana?"

"Makan,"

Alissha menghela nafas kasar.

Berdebat sedikit, melupakan balapan yang awalnya menjadi inti pertemuan mereka. Keduanya mengendarai mobil masing-masing ke kafe 24 jam yang dituju.

Sesampainya di sana, mereka memilih tempat yang strategis untuk duduk sembari melihat pemandangan indah kota, juga memesan minuman.

Keadaan menjad awkward, Albert belum juga bicara.

"Lo mau apa?"

"Basa basi dikit kek, gak sabaran banget kalo ngomong."

"Jangan buang-buang waktu."

"Iya orang sibuk."

"Gue emang sibuk."

Albert tak mau kalah. "Gue juga sibuk, ngurus organisasi."

"Gak nanya."

"The fuck?"

Membahas topik yang tidak penting dan sesekali bercanda juga berdebat. Itulah yang dilakukan dua orang yang duduk saling berhadapan ini.

Menceritakan apapun, meminta solusi, mengomentari apa saja. Membuat mereka lupa waktu dan kini sudah jam 2 pagi.

"Gue nyaman sama lo."

👑

votenya aw

Fake NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang