-FN#8-

77.9K 6.2K 26
                                    

selamat membaca!

👑

Alissha terpaksa harus pergi ke ruang kepala sekolah karena Bu Mila memintanya memberikan dokumen sekolah kepada Roy, si kepala sekolah.

Ingin sekali Lissha menolak, hanya saja ia dalam mode nerd. Dalam perjalanan menuju ruang kepala sekolah, Alissha terus saja bergumam tidak jelas sampai satu ide terlintas dipikirannya.

Gue harus manfaatin kesempatan ini untuk dapetin bukti, batinnya.

Alissha telah berada di depan pintu ruang kepala sekolah, sebelum mengetuk pintu, Lissha mendengar obrolan yang menguntungkan sekaligus merugikan.

"Hallo, sayang."

"Iya, lusa kita ke Jerman. Tenang aja, Papa sedang usaha mendapatkan dana."

Sebelum obrolan ini terlalu jauh, Lissha segera mengeluarkan ponselnya dan merekam obrolan tersebut. Ruang kepala sekolah yang tidak kedap suara membuatnya memudahkan aksinya, ditambah suara Roy yang memenuhi ruangan.

"Kamu nggak usah khawatir, semunya akan berjalan lancar seperti biasanya."

Seperti biasanya? Berarti ini bukan yang pertama kalinya, batin Alissha

Setelah perbincangan Roy dengan seseorang di balik telepon, Alissha segera menyimpan rekaman suara tersebut.

Tok! Tok!

"Masuk!" Teriak Roy dari dalam ruangan.

Alissha membuka kenop pintu dan berjalan menuju meja Roy.

"Maaf Pak, ini dokumen dari Bu Mila," Alissha menyerahkan dokumen tersebut kepada Roy.

"Taruh di meja, silakan keluar," ucap Roy dengan nada tak peduli.

"Baik Pak," Alissha segera keluar dari ruangan tersebut.

Saat ia berjalan dengan kepala yang ditundukkan, ada yang menarik lengannya hingga tubuhnya terhantam belakang pilar.

Alex! Alex Hoston yang menariknya.

Alissha gugup setengah mati, bukan karena wajah tampan Alex, melainkan karena ia sedang dalam mode nerd dan bingung harus melakukan apa.

Ayolah Alissha, merubah ekspresi wajah adalah pekerjaan mudah, kenapa sekarang rasanya sulit?

"E-eh, ada apa ya?" Tanya Alissha sembari menunduk.

"Lo sebelas IPA satu kan?" Tanya Alex.

Alissha mengangguk kaku.

"Gue di sini, bukan di bawah," Alex mengangkat dagu Alissha agar cewek itu mendongak menatapnya.

Alissha kaku, badannya seperti tersengat listrik. Sentuhan Alex membuat pipinya panas.

Alex membuang nafas panjang. "Pelajaran Bu Mila?"

Alissha mengangguk, lagi.

"Gue minta tolong."

"Apa?" Hanya satu kata, namun sangat sulit bagi Alissha untuk mengucapkannya. Lidahnya seperti membeku.

"Kalo Bu Mila nanyain gue, bilang aja lo gak liat."

"Eum.. gimana ya.." Alissha kembali menunduk dan meremas ujung roknya.

"Please.." Alex memelas, lagi lagi cowok itu mengangkat dagu Alissha dan menatap mata indah cewek di depannya.

Alissha sedikit terkejut, ini kah Alex? yang orang bilang seperti es batu? bisa memelas juga rupanya.

Alex diam beberapa saat ketika menatap mata Alissha.

'Cantik, batik Alex.

"Yaud-"

"ALEX! JANGAN COBA COBA KABUR!" Teriakan itu memotong ucapan Lissha dan berhasil membuat Alex panik.

Dengan cepat Alex segera bersembunyi di balik loker terdekat.

Alissha yang mengingat kesepakatannya dengan Alex, segera keluar dari balik pilar dan berjalan biasa seolah tidak terjadi apa-apa.

"Alissha, kamu liat Alex? Eh, kamu tau Alex kan?"

Alissha mengangguk. "Saya tahu, tapi nggak lihat," ucapnya senormal mungkin.

Bu Mila menghela nafas panjang. "Yasudah, silakan kembali ke kelas."

"Baik, Bu."

Alissha segera berjalan dengan tergesa-gesa. Mila.

"Apes banget gue hari ini," gumam Alissha sepanjang perjalanan.

Alissha kembali duduk di kursinya, Ia memandang lurus ke depan tanpa berkata apapun pada Alea yang memandangnya bingung.

"Sha! Kenapa lo?"

Alissha hanya menggeleng.

Ponsel Alissha berbunyi, bersyukur bunyinya tidak terlalu kencang dan Bu Mila sedang tidak di kelas.

Alissha segera membuka ponselnya, nama Devan tertera di sana.

Devan w : Lo kenapa dek? Kayak orang kesetanan aja.

Alissha melirik Devan sekilas.

Alissha : gapapa

👑

votevotevote

Fake NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang