Kinal menatap prihatin pada sang Mama, dengan ragu Kinal meraih lengan mamanya yang tergolek lemah. Menggenggam nya dengan hati-hati.
Hangat
Begini kah rasanya genggaman seorang ibu ? Terasa hangat dan nyaman. Dan ini kali pertamanya Kinal dapat menggenggam erat tangan mamanya. Tanpa mendapat penolakan.
Lepas! aku lebih memilih sakit daripada harus diantar oleh kamu.
Kinal memejamkan mata disertai gelengan kecil, mengenyahkan bayangan kemarin. Ia tak sangka ucapan sembarang Mamanya menjadi boomerang dan nyata untuk dirinya sendiri. Walau begitu Kinal masih bersyukur Mamanya selamat.
Satu jam berlalu, Kinal masih di posisi yang sama seperti awal. Duduk dengan menggenggam tangan Neni, serta menatap penuh sayang pada mamanya. Veranda yang sedari tadi diam memperhatikan, ia merasa jika Kinal sangat menyayangi Mamanya. Terlihat dari cara Kinal menatap Neni. Hati Veranda tersentuh, meski mendapat perlakuan dingin dari Mama, namun Kinal tak pernah dendam atau membalasnya. Ia malah tetap menyayangi ibunya. Sungguh tipikal lelaki sejati.
Kinal masih tak habis pikir, andai saja Mamanya tidak menolak, andai saja Mama nya mau sedikit saja menurunkan ego. Mungkin saat ini masih baik-baik saja.
Rifat menepuk pundak Kinal "jangan khawatir Mama kamu pasti baik-baik saja" tangan Rifat mengusap pundak Kinal.
mungkin ini teguran dari Tuhan untuk kami, karena sudah menyia-nyia kan dan berlaku tak adil padamu. Maafkan Papa dan Mama, Nak.
Bahkan untuk berterus terang dan meminta maaf saja, Papa tidak mampu untuk mengatakan langsung. Papa memang pengecut dan tidak tau diri.
"Pa, papa kenapa diam ?" tanya Kinal.
Rifat terperanjat dan segera mengendalikan dirinya. "Tidak apa-apa, Papa hanya memikirkan Mama"
"Kamu demam ?" Rifat baru menyadari suhu tubuh Kinal yang terasa hangat.
"Aku gak apa-apa, hanya demam biasa. Nanti juga sembuh"
Rifat hanya mengangguk "lebih baik kamu makan dulu, biar Papa dan Bella yang jagain Mama. Veranda sudah menunggu" ujar nya.
Kinal menoleh ke arah Veranda yang tersenyum seraya mengangguk padanya. Kinal menatap pada Rifat seolah meminta izin untuk keluar.
.
.
"Mau pesan apa ?" tanya Veranda
"Apa aja, sama juga boleh" Veranda mengangguk lalu ia memilih menu yang sehat untuk Kinal dan juga dirinya.
Kinal dan Veranda berada di salah satu restoran tak jauh dari rumah sakit. Tanpa sepengetahuan Kinal, Sebenarnya sengaja Ve mengajak makan di luar karena ada hal yang ingin ia sampaikan pada Kinal.
Mereka memilih meja dengan tempat duduk sebelah sofa dan sebelah kursi. Kinal menyandarkan tubuhnya di sofa, dengan sesekali memejamkan matanya.
Sementara Veranda ia sedang dilanda kegugupan untuk memulai pembicaraan pada Kinal, terlihat dari kedua tanganya yang saling berkait bergerak tak jelas.
"Dav"
Butuh keberanian yang besar Bagi Veranda.
"Ya ?"
YOU ARE READING
Levirate (END)
Fanfiction(Venal area) Warning Awas BAPER !!!! [Private acak] 😼 (25 oktober 2016) BxG Ketika Cinta sejati hadir menjelma Cinta yang baru, menawar hati yang sudah tertutup mati. "Hati dan Cintaku sudah mati , tapi Kenapa dengan perlahan namun pasti kamu...
part 32 'which is not considered'
Start from the beginning
