Part 62 'Tough Choice'

326 71 17
                                    

Warning typo...
 



Terpekur dalam pikirannya, tentang semua hal baru yang kini menimpa dirinya lagi. Setelah melambung oleh harapan baru karena doanya terkabul jika lelaki yang di harapkan nya masih hidup. Namun tak berselang lama ia di jauhkan oleh keadaan, bukan hanya menguras hati, tetapi tenaga dan juga pikiran.

Mengapa Tuhan seperti mempermainkan nya? Apa hukuman selama hampir 4 tahun itu belum cukup untuk dirinya? Lantas sekarang apa yang harus di lakukan olehnya? Sedangkan kini ia berada dalam posisi yang tidak menguntungkan sedikit pun.

Veranda menghela nafas yang terasa begitu menyesatkan dada. Ia tak tau harus melakukan apa dan mengambil langkah mana. Penjelan tempo hari dari kakek mertuanya masih terekam jelas dalam ingatan Veranda, apa dan bagaimana serta sebab dan akibatnya menyangkut Kinal.

Apa ia harus memilih mundur, membiarkan Kinal hidup dengan Sinka? Lalu bagaimana Aluna dan dirinya? Ah jika hanya dirinya bisa saja Ve tanpa pikir panjang akan segera pergi dan membiarkan Kinal dan Sinka. Tapi yang jadi alasan terkuat adalah putrinya. Yang sangat merindukan sosok ayah, Veranda benar-benar dilema.

Mungkin jika Kinal. Tidak hilang ingatan, mudah baginya untuk meminta perhatian Kinal di bagi pada Aluna. Mungkin?

"Kak..? Bagaimana?" tanya Gracia.

Ve menggeleng pelan, ia paham pertanyaan adiknya. Sudah lima hari sejak hari dimana penjelasan dari Elyas. Pada malamnya Ve meminta adiknya untuk pergi dari kediaman Elyas. Sebenarnya yang paling menyakitkan bagi Veranda adalah kenyataan bawah dirinya termasuk salah satu daftar orang yang menyakiti Kinal. Hingga setitik pun tentang Veranda tak ada dalam ingatan Kinal.

Yang Kinal ingat hanya keluarga kakek Elyas beserta om dan tante ya, dan Sinka.

Bukan hanya Ve yang terlihat sedih dengan keadaan ini. Tapi Denzel dan juga Aluna. Mungkin Aluna tak terlalu, karena dia masih kecil dan hanya tau bahwa Papanya masih ada.

Tapi berbeda dengan Denzel, meski baru 7 tahun ia sudah mengerti. Bahkan saat mendengar bahwa Daddy nya hilang ingatan membuatnya begitu sedih, ia memang tak memperlihatkan pada sang ibu. Namun jika ia sendiri, pria kecil itu akan menangis.

Gracia juga ikut memikirkan perasaan kakaknya, ia tidak tahan melihat kakak dan keponakan nya di rundung pilu. Ia menyentuh pelan bahu Veranda "Apa kakak tidak ingin berjuang? Ini pertanda dari Tuhan untuk memberi kesempatan kedua buat kakak, untuk memperjuangkan kak Kinal, seperti kak Kinal dulu terhadap kakak"

Ve menatap adiknya, ia memang sempat berpikir seperti apa yang dikatakan adiknya. Namun kenyataan bahwa dirinya sudah tak terikat status pernikahan, membuatnya urung. Yang ia punya sebagai alasan hanyalah Aluna, itupun takan mudah.

"Kakak tau, tapi posisi kakak lemah Gre, cuma Aluna alasan kakak. Sedangkan kini Kinal sudah menikah dengan Sinka dan kamu tau sendiri dia sedang mengandung anak Kinal"

Gracia terdiam, memang benar apa yang dikatakan kakaknya. Tapi ia tak suka jiak kakaknya menyerah begitu saja. "Setidaknya kakak berusaha dulu, meski kemungkinan nya kecil agar tak menyesal di kemudian hari" setelah mengatakan itu Gracia pergi ke kamar, membiarkan kakaknya agar berpikir kembali.

Biarlah saat ini gracia membiarkan kakaknya berpikir sendiri, jika tidak ada hasil apapun. Baru ia akan turun tangan membantu kakak nya mendapatkan Kinal, karena Ve masih berhak. Karena ia masih menjadi istri Kinal.

**

Kinal saat ini berada di ruang kerja, selain menjadi kepala chef ia juga menggapai cita-cita nya sebagai arsitek. Dan pekerjaan arsitek inilah sebagai utama, saat sedang menggambar bangunan. Tiba-tiba saja wajah Veranda hadir, Kinal mencoba kembali fokus namun wajah Veranda mengganggunya.

Levirate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang