part 18 'hidden feelings, Kinal'

1.9K 229 61
                                    

"Selamat pagi semuanya, perkenalkan nama saya Davi Kinal Prawira. Kalian cukup memanggil saya Davi, Saya harap kalian dapat menerima saya dengan baik, mohon kerja sama nya". Kinal membungkukan sedikit tubuhnya, lalu menebarkan senyum nya yang memikat hati para kaum hawa.

Hanya kepala bagian dan staf penting lainnya saja sebagai perwakilan dari keseluruhan pegawai, yang memenuhi meeting room. Untuk pengangkatan pemimpin baru perusahaan yang mereka naungi.

"Mulai besok Davi akan memulai bekerja, yang akan di bimbing oleh Veranda. Dan saya yang akan memantau selama Davi dalam masa training nya" ujar Rifat pada seluruh staf nya.

Beragam pertanyaan terlontar dari staf lama maupun baru, beberapa menyangkut kehidupan pribadi Kinal. Karena mereka tidak mengetahui Kinal selama ini, dan belum pernah melihatnya. Tak seperti Bella yang sudah di kenal sebagai putri bungsu Rifat. Dan semua pertanyaan pun di jawab dengan baik oleh Kinal.

Sedangkan Veranda masih tetap setia dengan diam nya. Ve kembali merasa sedih karena teringat akan Deva.

Pembawaan Kinal yang tenang dan berwibawa sepertinya mampu menarik perhatian sebagian staf wanita, terbukti dari sesi bertanya. Lebih banyak staf wanita yang bertanya.

Acara pun berlanjut pada potong tumpeng, yang mendapat riuh tepuk tangan. Sebagai tanda resmi di angkat nya Kinal sebagai pimpinan baru.

Selesai acara, Kinal meminta sang Papa untuk berkeliling sekaligus menjelaskan setiap letak ruang para karyawan. Tak butuh waktu lama, Kinal sudah memahaminya. Dan terakhir adalah ruang kerja Deva yang kini menjadi ruangan nya. Kinal memindai setiap sudut ruangan tersebut yang di dominasi warna putih favorit Deva, bahkan aroma Deva masih terasa kental di ruangan ini.

Kinal terdiam sejenak mengingat sosok Deva.

Veranda yang sedari tadi ikut menemani, pamit keluar lebih dulu. Rifat menatap kepergian Veranda sejenak, Ia menangkap raut sendu menantunya itu. Pandangannya beralih pada Kinal yang tak menunjukkan ekspresi apapun. Rifat mendekati putranya.

"Papa harap, kamu mau berbagi masalahmu pada Papa, nak. Apapun yang terjadi-- tetaplah menjadi Kinal yang kuat, tangguh, dan tegar. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu"

Kinal mengalihkan tatapan lurus tanpa ekspresi nya pada Rifat, hatinya menghangat mendengar ucapan Rifat. Selama ini ia jarang bahkan hampir tak pernah, mendapatkan support dan wejangan yang selayaknya di berikan sang ayah pada anaknya. Kini Kinal rasakan setelah sekian lama ia tak pernah mendapatkan nya. Rifat memeluk putranya, tak kuasa melihat tatapan penuh kepedihan yang tertutupi dimata Kinal. Mengingatkan perlakuan nya dulu yang kurang memperhatikan putra keduanya ini.

Maafkan Papa yang menelantarkanmu dari perhatian nak

Maafkan Papa dan Mama yang egois mementingkan Deva, sehingga mengabaikan mu

Ingin sekali Rifat mengucapkan nya secara langsung, namun ia tak mampu karena semua kata-kata tertahan di tenggorokannya.

Seperti kata pepatah, hubungan batin antara anak dan orangtua sangatlah kuat. Walau Rifat tak mengucapkan secara langsung, hati Kinal bergetar seolah kata itu tersampaikan. Air mata pun sempat menetes. Namun dengan cepat Kinal hapus, Kinal tak mau terlihat lemah. ia bukan lagi Kinal kecil yang rapuh, yang selalu menangis diam-diam saat ia tak mendapat keadilan perhatian dari orangtua nya.

Memejamkan mata, Kinal berusaha mengendalikan dirinya. Mengenyahkan kenangan pedih itu. Lalu melepaskan pelukan Papa.

"Papa ini bicara apa ? Aku baik-baik saja, Papa berkata seperti itu seolah aku ini sedang terluka atau bersedih" Kinal menampakkan wajah bahagia dengan senyum menawan nya, yang terlihat benar adanya. Permainan ekspresi yang sempurna. Atau lebih tepat di sebut topeng yang selalu Kinal gunakan.

Levirate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang