Chapter 24

1.5K 226 30
                                    

Hurt me with the truth

But dont Comfort me with a lie

- unknown -

***

Pria berambut gelap itu tidak sadar sudah berapa lama tertidur. Namun, tatkala membuka mata, ia segera tahu bahwa ini bukan rumahnya. Atau pun kantor, pilihan kedua yang biasa ia ambil kalau kerjaan sedang menumpuk.

Ah, tiba-tiba mengingat soal kerja, Taehyung memandang ke langit-langit ruang dan hatinya kembali terasa sakit. Ia bahkan tidak seperti dulu. Tangannya dianggap cacat. Ia tidak bisa lagi menyelesaikan pekerjaan yang ia cintai. Tidak akan sama seperti dulu.

"Sudah bangun?" Taehyung tersentak dan lekas bergerak mengubah tubuhnya dari posisi tidur menjadi duduk.

Suara itu tidak asing. Dan sialnya! Kenapa ia harus berada di rumah pria yang sudah membuat Sohyun memutuskan hubungan mereka.

Sungjae manaruh secangkir americano hangat di meja, terlepas pria Kim itu menyukai seleranya atau tidak. Secangkir lagi juga ia persiapan untuknya. Lumayan menghangatkan di pagi ini.

"Aku tidak butuh rasa kasihanmu," tukas Taehyung langsung menunjukkan rasa tidak suka.

"Dan kaupikir aku juga suka menolongmu? Yak, aku ini hanya terpaksa. Aku tidak mungkin membiarkanmu melakukan perbuatan bodoh seperti kemarin!" sahut Sungjae tak mau kalah.

Ingatan Taehyung mengulas kejadian kemarin. Awalnya samar, tapi seiring waktu, sedikit demi sedikit ia akhinya teringat yang hampir ia lakukan pada saat manuk. Ia hampir saja merenggang nyawanya dengan sia-sia.

Entah itu sebuah keberuntungan ia bertemu dengan Sungjae dan menolongnya, yang jelas dalam hatinya, Taehyung tidak ada berniat untuk meninggalkan dunia sedini ini. Satu yang diakuinya, kemarin pikirannya tak waras.

"Tentang tanganku, aku tanpa sengaja mendengarnya." Sungjae kembali membuka suara sembari meletakkan gelasnya di meja.

Ini saatnya kedua pria itu masuk ke topik lebih serius.

Taehyung bergeming, tidak terlihat tertarik membahas masalah ini dengan Sungjae. Apalagi, kalau dirinya ingin menunjuk 'kambing hitam' untuk semua hal buruk yang menimpanya, akan mudah bila ia hanya menunjuk ke arah Sungjae dan Sohyun. Bisa saja ia bilang bahwa merekalah penyebab ia mengalami kejadian buruk itu.

Seandainya Taehyung tidak memutuskan untuk mengejar Sohyun ke bandara, mungkin saat ini tangannya masih dalam kondisi normal. Seandainya Sohyun tidak bilang ka akan mengantar kepergian Sungjae, mungkin ia tak perlu meringis seperti sekarang.

Taehyung merasa bodoh. Begitu mudah dibayang-bayangi ketakutan bahwa Sohyun akan kembali ke pelukan Sungjae. Ketakutan yang membuat ia mengendarai dengan pikiran yang kalut di sepanjang perjalanan menuju bandara.

Entah apa yang selanjutnya terjadi, Taehyung hanya ingat saat itu ia membanting kemudi mobil hingga menabrak tiang listrik yang berada di bahu jalan. Semuanya terjadi dengan cepat. Hentakan hebat itu membuat kepalanya terbentur dan tangannya ia gunakan untuk menghalangi pecahan kaca yang terhempas keras. Berikutnya, ia tidak lagi merasakan apa-apa. Tubunya mati rasa dan perlahan sekitarnya mulai terlihat gelap. Sebelum kesadarannya hilang, hal terakhir yang Taehyung ingat adalah bau darah yang pekat. Entah dari mana asalnya, Taehyung tak sempat mengecek tubuhnya.

"Aku punya kenalan dokter di Shanghai. Kalau kau mau, aku bisa memintanya untuk mengecek kondisi tanganmu. Kudengar ia sudah sering menangani kasus sepertimu."

I Was Made For Loving You [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon