Chapter 9

1.6K 272 26
                                    

But miserable most, to love unloved?
This you should pity rather than despise

-William Shakespeare-

***

Hari ini merupakan hari pertama Sohyun terjun ke dunia yang sama dengan ayahnya —bisnis. Seminggu setelah kepulangannya, ia merasa jengah. Selain menatapi rumah kecil yang terlihat jelas dari balkon kamarnya, tidak ada kesibukan lain yang menyita waktunya. Rumah kecil itu nyatanya tidak lagi dihuni oleh orang-orang yang dikenalnya.

Sohyun butuh pengalihan untuk tidak lagi terjebak dengan masa lalu. Semuanya sudah berlalu.

Namun, tidak pula menyangka akan secepat ini bertemu dengan pria yang tidak ia sukai. Tidak pernah. Ditambah pria tersebut yang akan mengajarinya tentang seluk beluk bisnis keluarganya.

Kenapa harus Chanyeol?

Tanpanya, Sohyun memiliki kepercayaan diri bahwa ia bisa mempelajari semuanya sendiri. Bagaimanapun, ia merupakan lulusan Jurusan Bisnis. Tidak akan sulit baginya. Bukankah dia jenius?

Dan ia—Sohyun—yakin semua ini adalah ulah sang ayah. Padahal ayahnya jelas tahu bahwa Sohyun membenci Chanyeol. Tidak setahun, dua, atau tiga tahun, sepertinya Sohyun akan terus membenci Chanyeol untuk waktu yang lama.

"Gampang, bukan? Apalagi untuk seseorang yang jenius sepertimu," ujar Chanyeol usai menunjukkan beberapa data pada Sohyun.

"Hm ....," sahutnya dingin.

Chanyeol menyeringai. Sebenarnya ia tidak peduli apakah Sohyun membencinya atau tidak. Yang paling penting, kini mereka akan bekerja dalam satu kantor yang sama. Akan kerap bertemu.

"Kau boleh terus bersikap dingin padaku. Tapi pertunanganmu dengan Sungjae bukan kesalahanku. Orangtuanya sangat menyukai dirimu." Chanyeol coba membela diri.

Tidak ada reaksi. Selaku boneka kaca Keluarga Kim, Sohyun sadar tidak berhak marah pada Chanyeol. Tanpa Chanyeol pun, suatu saat ia tetap akan dijodohkan. Tidak harus dengan Sungjae, tapi akan ada orang lain. Dan itu kesialan yang ia terima selaku putri bungsu Kim.

Akan tetapi, kalau ia membenarkan ucapan Chanyeol, sama dengan menghilangkan alasannya untuk terus membenci Chanyeol. Sohyun masih menyalahkan sepupunya itu atas nasib yang menimpa sang kakak. Dia, tetap berengsek.

Berbicara tentang orangtua Sungjae, Sohyun baru teringat kalau hari ini dia harus menjumpai calon mertuanya itu. Tiga tahun tanpa kabar dan juga tidak memberitahukan tentang kepulangannya, sebenarnya Sohyun sangat berharap Keluarga Yook memberi penilaian minus padanya selaku calon menantu kebanggaan.

Namun, tidak semudah harapannya.

Atensi Sohyun beralih pada pria yang menyela masuk.

"Ternyata kau di sini." Chanyeol orang yang pertama kali menyambut kedatangan sahabatnya, Sungjae.

Sungjae menjawab pendek, "Eoh." Lelaki Yook itu mengangkat tangannya untuk membalas sapa Chanyeol.

Pandangan Sungjae lantas meruncing ke arah Sohyun. Berbicara dingin seperti yang biasa keduanya lakukan, "Kau sudah mendapatkan pesan dari ibuku, 'kan? Aku ke sini untuk menjemputmu."

Masih bungkam, Sohyun mengambil tasnya dan berjalan mendahului Sungjae yang melambaikan tangan pada Chanyeol. Sungjae sedikit berlari kecil untuk menyamakan langkahnya dengan sang tunangan.

"Sampai kapan kau akan terus mendiamiku?" tanya Sungjae saat keduanya berada dalam lift.

Tetap saja diam. Netranya hanya memandang lurus ke arah pintu yang terkatup rapat. Terlihat kosong persis isi hatinya.

I Was Made For Loving You [END]Where stories live. Discover now