Chapter 19

1.4K 207 20
                                    

Sometimes it's not the butterflies that tell you're in love

But the pain

~ Unknown ~

***

Lelaki yang terlihat mulai tirus itu masih berkutat dengan dokumen yang berserakan di mejanya. Sesekali memijit pelipisnya. Kantuk yang terasa memberatkan matanya harus bisa dikalahkan. Waktu tidurnya sudah jauh berkurang selama satu tahun ini. Memikirkan untuk bersantai pun ia enggan.

Semenjak ayahnya mengalami serangan jantung, Sungjae tidak bisa untuk berpura pura tidak peduli pada bisnis keluarganya. Jerih payah yang dibangun keluarga Yook, goyah karena perbuatannya. Keputusannyalah yang juga memberi rasa sakit pada perasaannya.

Bukan saja ia harus kehilangan gadis yang ia sukai, ia tidak ingin bertaruh juga untuk kehilangan ayah ataupun ibunya. Lelaki itu kini jauh berubah. Jauh lebih bertanggung jawab. Ia siap menampuk beban marga Yook di pundaknya. Terlebih ayahnya tidaklah muda lagi. Seharusnya dari dulu ia tidak menentang ayahnya. Namun, yang sudah biarlah berlalu. Tidak guna menyesalinya sekarang.

Sungjae kembali menatap layar laptopnya. Ada wajah yang selalu berhasil memberikan dia kekuatan untuk bertahan, walau sebenarnya ia terlihat menyedihkan.

Semenjak popularitas Sohyun menanjak, tidak sulit baginya untuk mendapatkan foto-foto Sohyun yang bertebaran di dunia maya. Salah satu foto itu pula yang terpasang sebagai wallpapaper laptop Sungjae. Sulit baginya untuk melupakan wanita yang sampai saat ini masih tersimpan baik di hatinya.

Walau kini dia tidak bisa menatap secara langsung, Sungjae berusaha menyelipkan sisa waktunya untuk terus mengikuti perkembangan wanita yang pernah menjadi tunangannya itu.

Cukup menjadi penggemarnya daripada harus berjumpa kembali dengannya. Pastinya jauh lebih menyakitkan. Apalagi kini gadis itu bukan lagi miliknya. Tepatnya wanita itu tidak mencintainya.

"Aku senang kau jauh terlihat bahagia, Kim Sohyun," ucapnya lirih pada layar monitor laptop.

***

"Jang nari!" seru Sohyun.

Bayi perempuan yang hanya bisa duduk dan baru mulai belajar merangkak itu dengan mata bulat seperti ibunya, tersenyum tanpa gigi saat namanya dipanggil.

"Aigo, keponakanku yang cantik. Kau sangat menggemaskan hari ini," lanjut Sohyun mengusap kedua pipi gembil putri Kim Ji Won.

Sejak kehamilan Ji Won memasuki 8 bulan, ia memutuskan untuk kembali ke Seoul. Statusnya sebagai ibu muda, membutuhkan ia banyak bantuan untuk belajar membesarkan putrinya dengan layak. Ibunya, Han Ga In, mungkin bukan sosok yang sempurna, tapi tidak bisa dipungkiri ibunya lebih berpengalaman dari dirinya.

Suami Ji Won, Jang Ki Yong sendiri tidak mungkin sanggup berpisah dengan keluarga kecilnya. Pria tinggi itu memutuskan untuk kembali ke Seoul tepat setelah dua bulan kelahiran Jang Nari, putrinya. Sesekali pebisnis itu ke New York demi memantau bisnisnya.

Jang Nari bukan hanya membawa kebahagian buat keluarga Jang tentunya, tapi juga untuk ayahnya, Kim Soo Hyun. Cucu pertama yang membuatnya canggung dan sedikit mencairkan sisi dinginnya. Sepertinya Jang Nari membuat ia mengulas masa kecil kedua putrinya yang dulunya sangat ia manjakan.

Namun bukan berarti Sohyun dan ayahnya sudah kembali berbaikan. Sohyun dan ayahnya masih tinggal terpisah. Keduanya bertemu sesekali, dan saat bertemu menyisakan keheningan. Terlalu canggung.

I Was Made For Loving You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang