14. Keputusan hati

3.6K 351 81
                                    

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 21)

~~~

Alana melihat penampilannya yang berbeda di depan cermin ia terlihat cantik dengan balutan gamis berwarna abu-abu dan jilbab yang senada dengan warna baju-Nya. Wajahnya terlihat berbeda hari ini, ia jauh terlihat cantik dengan sedikit polesan make up yang diberikan oleh Ummi-Nya.

Kamu itu mau ketemu calon suami kamu. Jadi kamu itu harus dandan yang cantik. Kata itulah yang dikatakan Ummi-Nya disaat Alana bertanya 'kenapa harus pakai make up?'

Alana menghela nafasnya, sejenak ia memejamkan matanya. Jika ia mengingat kejadian kemarin, maka ia akan mengingat beberapa kejadian yang membuat Alana bingung. Terlalu banyak kejadian yang begitu abu-abu bagi Alana untuk kejadian kemarin. Tapi tidak untuk hari ini. Semuanya telah terasa jelas baginya.

Hari ini Alana akan mengambil keputusan yang sangat besar.

"Alana ayok ke bawah Nak Ali sama orang tuanya udah nungguin kamu." Fatimah berucap dengan rasa gembiranya. Alana tersenyum dan berjalan menghampiri Ummi-Nya.

"Subhanallah. Kamu terlihat cantik hari ini." Puji Fatimah.

Dan Alana lagi-lagi hanya bisa tersenyum.

"Sayang, Ummi harap kamu ngambil keputusan yang benar, Ummi sangat berharap kamu mau menerimanya. " Ucap Fatimah membelai puncuk kepala Alana. Alana yang mendengar itu hanya tersenyum. "Yaudah kita ke bawah yuk!"

Dan Alana hanya mengangguk.

Disinilah sekarang Alana tertunduk malu, tidak berani menatap pria yang ada di depannya, memainkan kerudungnya sendiri. Pertemuan antara dua keluarga.

Arsyad ayah Ali sedari tadi berbicara dengan Rasyid ayah Alana.

Perbincangan mereka tidak pernah luput dari perbincangan soal pernikahan antara anak mereka masing-masing. Begitupula dengan Fatimah dan Alya(mamanya Ali).

Sedangkan Alana dan Ali lebih memilih diam.

"Kalo saya sih setuju saja, lebih cepat lebih baik. Tapi semua keputusan kembali lagi kepada Alana, Alana-nya mau atau tidak itu hak dia, kami selaku orang tua cuman ngikutin aja." Ucap Rasyid.

"Jadi gimana nak Alana, kamu mau menerima pinangan Ali anak saya?" Tanya Ayla.

Alana mendongakkan kepalanya. Tatapannya beralih ke Fatimah dan Rasyid. Mereka berdua hanya menampilkan senyuman. Alana bisa melihat arti dari senyuman itu, mereka benar-benar mengharapkan kalo Alana mau menerima pinangannya Ali.

Lalu tatapan Alana beralih kepada Ustadz Ali dengan kedua orang tuanya.

Bolehkah sebentar saja aku menghilang dari situasi seperti ini, aku benar-benar tidak ingin berada diposisi ini. Aku mencintai pria lain bukan pria yang ada di hadapan aku ini.

Aku tidak mencintainya ya Allah. Aku harus apa?

Alana menarik nafasnya dan membuangnya perlahan. Ini adalah keputusan terbesar dalam hidup-Nya.

Air Mata CintaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora