[[UNFINISHED]] CERITA INI TIDAK DILANJUTKAN KARENA BERBAGAI SEBAB, DIMOHON UNTUK TIDAK LAGI MENUNGGU CERITA INI UPDATE
Bagi Ardian hal-hal yang tak dapat masuk logika adalah hal yang harus ia hindari, termasuk perasaan. Hidupnya hanya terpatok pada...
Perjalanannya selama hampir tujuh jam dari bandara Incheon akhirnya akan terbayar lunas sebentar lagi. Sepertinya dia akan mengalami jetlag, Indonesia memiliki waktu lebih lambat dua jam dari Seoul, jam tangannya masih menunjukan pukul lima pagi waktu Seoul. Di jakarta pasti baru pukul tiga pagi. Pantas saja Abel marah saat ia telepon, ini waktu paling nyenyak untuk tidur. Sepertinya ia harus meminta maaf pada Abel saat sudah sampai di rumah nanti.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sepanjang perjalanan selama hampir dua jam dari bandara menuju rumah orang tuanya di daerah Depok, Ardian tidak banyak bicara juga tidak tertidur. Zea -adik Ardian dan Kenan- terus berceloteh mengenai kelulusan Ardian yang tidak memberitahu mereka. Padahal Zea sangat ingin berfoto di tempat kuliah idolanya, Kim Tae Hee. Ardian hanya membalas ucapan Zea dengan gumaman tidak jelas dan lebih banyak dihabiskan dengan melihat deretan gedung dari balik kaca mobil.
Ardian juga tak banyak bicara saat sampai di rumah, ia bahkan tidak membalas sapaan para pembantu. Ardian bukan tipe orang yang akan mengabaikan sapaan orang lain. Meskipun dia hanya akan membalasnya dengan senyuman. Ia langsung melenggang menuju lantai dua, tempat kamarnya berada.
Kamarnya masih terlihat sama seperti satu tahun yang lalu. Warna biru mendominasi ruangan empat kali lima meter itu, multi komputer berwarna putih masih tersimpan apik disudut dekat jendela. Kasur queen size berlapis bed cover warna biru laut dengan guling kesayangannya masih sama persis seperti saat ia meninggalkan kamarnya.
Mama tiba-tiba datang dan memeluk Ardian. "Mama senang kamu bisa pulang, tapi mama sedih juga kamu ngga ngasih tau kalo kamu udah upacara kelulusan." Mama menghela napas, "Kamu istirahat aja dulu, kamu pasti cape."
Ardian tersenyum dan balas memeluk mama. "Maafin Ar, ya ma... nanti Ar ceritain semua yang pengen mama tau..."
Mama pun melepaskan pelukannya, "Yaudah masuk sana, nanti mama masakin masakan spesial buat kamu." Setelah mengatakannya Mama pun kembali turun ke lantai bawah.
Ardian merebahkan tubuhnya di atas kasur, ia menatap wallpaper langit biru dengan awan dan burung di atas langit-langit kamarnya. Dahulu saat masih sekolah dasar ia bercita-cita menjadi seorang pilot seperti kakek dari pihak mamanya. Jadi ia pun meminta orang tuanya untuk mendekorasi kamarnya dengan warna biru agar terlihat seperti angkasa yang luas tempat kakeknya berjelajah.
Tapi cita-citanya berubah saat akan masuk sekolah menengah pertama, saat mulai mengenal komputer. Saat itu ia dan Fandi tak sengaja melihat Kenan dan temannya tengah mengerjakan sesuatu pada coding sheet. Ia dan Fandi pun mulai mempelajarinya, dan saat kelas satu semester dua dia sudah berhasil membuat sebuah website.
Ardian memejamkan matanya, banyak yang berubah sejak ia pergi setahun yang lalu, banyak hal yang ia rindukan seperti motor kesayangannya dan juga Abel. Ah, akan pergi kemana gadis itu, ini hari minggu biasanya mereka akan bertelepon sejak pukul dua siang -waktu Korea- setelah gadis itu selesai membereskan rumahnya. Itu pun dilakukan jika Abel tidak ada jadwal menghadiri event Jepang.