5. My Dearest is A Programmer- I'm Back

Start from the beginning
                                        

"Gue kesini buat ngambil foto, bukan buat bunuh diri. Gue masih pengen hiduplah."

"Ngambil foto ditempat yang wajar aja kali."

Kebiasaan Rezvan mengambil foto dari tempat yang tinggi membuat orang-orang disekitarnya khawatir. Lelaki yang sebenar begitu mencintai potrait photoghrapy juga sering mengambil foto-foto dari atas ketinggian, tapi tetap manusia menjadi objek utamanya. Seperti yang saat ini tengah ia lakukan, mengambil foto sepasang kekasih dari atap gedung tempatnya praktik kerja lapangan.

"Gue lebih suka lo ikut project National Geography, ngambil foto hewan di rumahnya. Sengganya kalo lo mati diserang leopard, nama lo bakal dikenang di dunia fotografi internasional. Dari pada kaya gini, kalo lo mati disini. Lo Cuma bikin heboh Jakarta aja." Lanjut Rega.

Keheningan menyergap kedua orang tersebut, tangan Rega dengan nakal bergerak mengambil sebuah album foto kecil berlapis beledu berwarna coklat. Ia mulai membuka satu persatu halaman album itu, tidak ada foto lain selain foto seorang gadis berambut pendek sebahu dalam berbagai pose. "Menurut lo gimana ??" Rezvan melirik album di tangan Rega melalui ujung matanya.

"Apanya ??" tanya Rega datar.

"Abel." Rega mengangkat kepalanya menuntut penjelasan lebih. "Cewek yang di foto itu, namanya Abel."

Rega pun mengangguk-anggukan kepalanya, "Cantik. Cewek lo ??"

Rezvan tertawa hampa sambil berjalan mendekati tembok pembatas yang hanya mencapai bawah dadanya, mudah sekali baginya untuk menjatuhkan diri saat ini juga. Tapi sayang, akal sehat masih melindungi jiwanya. Dia masih ingin melihat senyum Abel. "Pengennya dia jadi cewek gue, tapi..." ada jeda cukup panjang pada ucapan Rezvan. "Gue Cuma dianggap kakak sama dia." Lagi-lagi Rezvan tertawa hampa, benar-benar kosong.

"Brother zone." Gumam Rega pelan. Pantas saja sudah hampir setahun ini Rezvan tidak memiliki kekasih, hatinya sudah terikat oleh Abel. Rega memperkirakan jika gadis itu benar-benar mungil, mungkin tingginya hanya mencapai ketiak Rezvan. Tapi gadis itu memang cukup manis dan cocok untuk dijadikan adik.

"Napa ngga lo coba eksekusi aja ?? padahal menurut gue posisi lo nguntungin loh. Lo udah kenal dia, deket sama dia."

"Gue yakin ditolak, dia suka sama cowok lain, tapi gue ngga tau siapa cowok itu. Gue takut dia malah ngejauhin gue kalo nembak dia." Rega bergeming, sahabatnya yang satu itu terlihat benar-benar berbeda saat ini.

Sabtu malam biasa digunakan oleh orang seumurannya untuk menghabiskan malam di luar dengan pasangan atau mungkin dengan keluarga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sabtu malam biasa digunakan oleh orang seumurannya untuk menghabiskan malam di luar dengan pasangan atau mungkin dengan keluarga. Sayangnya itu tidak berlaku bagi Abel. Diusianya yang hampir menginjak dua puluh, ia harus disibukan dengan urusan pekerjaan. Bahkan di sabtu malam seperti saat ini.

Karena pertemuannya dengan client kemarin siang dan mengurus beasiswanya di kampus, ia terpaksa harus meninggalkan pekerjaannya, dan menggantinya dengan lembur hingga dini hari dihari Sabtu. Disatu sisi ia bersyukur kemarin pergi ke kampus, pengajuan beasiswanya diterima oleh sebuah perusahaan periklanan di Osaka Jepang, itu berarti sekitar empat bulan lagi ia akan pergi ke negara impiannya itu.

My Dearest is A ProgrammerWhere stories live. Discover now