14 | Rahasia (+ Pemberitahuan)

5.4K 930 85
                                    

Usai membaca karya adiknya, Reva memutuskan untuk mengirim naskah tersebut pada penerbit. Tanpa sepengetahuan Revi sendiri.

Tidak membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mendengar kabar baik dari pihak penerbit. Reva pun mengabarkan berita tersebut sebagai kejutan untuk adiknya.

Awalnya Revi kesal karena Reva membuat keputusan sendiri akan karyanya. Tapi kekesalan itu tidak bertahan lama, karena bagaimana pun Reva hanya ingin "menolong" Revi agar dunia mengetahui bakatnya.

Tika, nama editor yang tertarik dengan karya Revi pun tampak antusias menjalani kerja samanya dengan cewek itu. Menurut Tika, Revi merupakan penulis muda yang patut diapresiasi.

"Keluarga dan teman-teman pasti bangga sama kamu!" ucap Tika, antusias.

Revi tersenyum. "Makasih. Tapi saya justru nggak mau teman-teman saya tau, Mbak."

Tika mengernyit. "Lho, kenapa?"

Revi hanya menggeleng kecil.

Tika tidak memaksa. Ia justru tersenyum manis menanggapi. "Kalau gitu, kita butuh nama pena. Kamu udah punya?" tanya Tika. Karena saat naskah Revi sampai ke penerbit, Reva hanya mencantumkan nama lengkap Revi, bukan nama pena cewek itu.

Revi berniat menggeleng karena ia memang belum memiliki nama pena yang sesuai dengannya. Namun, tiba-tiba wajah Reva yang sangat mirip dengannya itu, terlintas di benaknya. Membuat Revi tersenyum manis dan mengangguk pada Tika. "Udah, Mbak."

"Oya?" respons Tika, lantas menopang dagu, antusias. "Apa namanya?"

"Pelangi..." ucap Revi, menggantung. "Harus dua kata nggak sih?"

Tika terkekeh. "Nggak. Tapi, nama Pelangi itu udah biasa. Kalau nggak salah, ada juga deh penulis yang awalan nama penanya itu Pelangi. Jadi, kalau bisa jangan Pelangi doang. Cari yang unik," sarannya.

Revi manggut-manggut. Memikirkan ucapan Reva dan alasan mengapa kakaknya itu sangat menyukai pelangi. Katanya, pelangi itu penuh warna. Berwarna seperti Revi yang absurd, alias memiliki macam-macam warna.

Terkadang, cewek itu bersikap ceria seperti warna kuning. Terkadang, cewek itu bersikap dingin seperti warna biru. Terkadang, cewek itu bersikap hangat seperti warna oranye. Terkadang, cewek itu sangat bergairah seperti warna merah. Terkadang pula, cewek itu tampil misterius di depan dunia, seperti warna hitam.

Tapi pada dasarnya, bagi Reva, Revi tetap adiknya yang polos. Sebesar apa pun dunia luar berusaha mewarnai hidup adiknya, Revi tetaplah Revi di depan keluarganya. Sebanyak apa pun tinta mewarnai seluruh permukaan, dasar sebuah kanvas tetaplah putih.

Revi meyakinkan dirinya sejenak, sebelum akhirnya menjawab, "Putih. Pelangi Putih."

***

Lagi-lagi, Revi tidak masuk sekolah. Anya bilang, mamanya Revi telah meminta izin pada guru dengan menelepon pihak sekolah dan mengatakan bahwa Revi sedang sakit. Ia pun tahu hal tersebut dari guru yang bersangkutan, bukan Revinya sendiri.

Di hari sebelum Revi sakit, Anya memang merasakan ada yang aneh pada Revi. Sahabatnya itu jadi lebih pendiam. Revi bahkan sering ketangkap basah tengah melamun oleh guru yang berbeda, di jam yang berbeda pula. Membuat Anya menaruh iba pada telinga Revi saat itu pasti sudah melepuh kepanasan.

Anya ingin tahu, hal apa yang mengusik pikiran Revi hingga sahabatnya itu terlihat tidak bersemangat sepanjang di sekolah. Revi bahkan tidak akan bersuara jika Anya tidak memulai atau memancingnya.

Oleh karena itu, Rain memutuskan untuk mengunjungi rumah Revi hari ini juga. Ia tidak tahan untuk mengetahui apa yang terjadi pada cewek itu. Karena entah mengapa, perasaannya mengatakan suatu hal yang bersangkutan dengan cowok asing kemarin.

Warna Untuk Pelangi [✓]Where stories live. Discover now