4. My Dearest is A Programmer - Work it

Start from the beginning
                                        

"Lo besok mau ketemuan sama tuh client ?!!" tanya Vania yang sejak tadi hanya diam memperhatikan interior caffe yang sepertinya bisa ia terapkan di rumahnya setelah menikah dengan Riky nanti. Abel hanya mengangguk sebagai jawaban. "Okay, gue bakal jadi AE buat lo besok."

"Cocok tuh, lo kan jarang ketemu client, si Vania biar bantuin lo basa-basi sama client." Percakapan mereka terhenti sejenak saat dua orang pelayan mengantarkan pesanan mereka. Berbagai makanan manis tersaji di atas meja, hanya pasta dan black burger makanan asin yang tersaji. Yang paling mencolok dari semuanya adalah tiga porsi besar ice cream paravit double coklat dengan cream diatasnya.

Fikri melongo sejenak, "Buset!! Lo pada niat banget ya bikin kantong gue bolong ?!!"

"Kalo ada yang nawarin traktiran terima aja, rezeki jangan ditolak. Pamali." Ujar Abel sambil menyeruput jus jeruknya.

"Emang ini bakal abis ?? kalo ngga habiskan mubazir."

Vania tersenyum, "Jelas abislah, mau taruhan ?? kalo ngga habis seminggu full lo harus neraktir kita." Tawar Vania sambil menyodorkan tangannya.

"Kagak!! Bisa miskin tujuh turunan gue, neraktir kalian terus. Mending duitnya gue kumpulin buat resepsi nikahan." Semua orang yang ada di meja itu pun tergelak, untung saja caffe itu sedang tidak terlalu ramai.

"Gimana kabar si Ardian ??" Vania mengambil salah satu cupcake coklat dengan strawberry di atasnya.

Ice cream parafit yang hampir masuk ke tenggorokan Abel hampir saja keluar kembali, "Gatau, dia ngga ngechat gue."

"Dari abis kita omongin ??" tanya Fikri memastikan. Abel hanya mengangguk sambil kembali menyendokan ice cream parafit-nya.

"Lo udah nyoba-nyoba baca artikel yang gue suruh ??" kini giliran Vania yang menanyai Abel, lagi-lagi yang ditanya hanya mengangguk.

Abel mengambil sepiring spagetti mushroom disamping mango sticky rice dihadapan Vania. "Gue udah baca-baca, udah mulai nyamain sama keadaan gue sekarang dan gue mulai sadar. Kalo...."

"Kalo ???" Vania dan Fikri bertanya bersamaan.

"Kalo selama ini gue doang yang jatuh hati sama dia, dan dia biasa aja ke gue. Dia baik ke gue karena emang sifat lahinya kaya gitu, selain itu wajar kalo dia nolongin gue, kan manusia emang harusnya gitu."

"Anjrit !! sejak kapan lo jadi filsuf kaya gini ??" Fikri menyeruput espresso-nya yang masih panas itu dengan terburu-buru.

"Emangnya lo doang yang punya kata-kata bijak ?!! oh iya, gue sempet baca di artikel, kalo orang yang emang suka sama kita. Dia bakal nyari kalo kita ngilang. Nah gue dah ngilang entah berapa hari, Ardian ngga nyariin gue!!" Abel menarik napas sebelum memasukan kembali pasta ke dalam mulutnya dan melanjutkan ucapannya. "Gue sih pengen bilangnya positif thinking, dia mungkin sibuk bikin website. Tapikan sesibuk-sibuknya orang ngerjain sesuatu pasti dia pegang ponsel-lah sengganya lima menit."

"Makanya jangan terlalu positif!! Positif hamil baru tau rasa lo !!" ujar Fikri asal.

Abel menoyor kepala Fikri disampingnya, "Hamil sama kucing ?!!"

"Kan kalo dah nikah, Koala!! Lo mah dasar, pala gue jadi korban mulu!!" Fikri balik menoyor kepala Abel.

"Jadi ?? lo mau gimana sekarang ??" Vania menengahi perdebatan kedua sahabatnya.

Abel menyandarkan tubuhnya pada kursi, memasang wajah berpikir. "Let it flow ajalah, toh status gue sama dia belom jelas ini. Gue kenalan sama dia cuma buat senang-senang awalnya juga, bukan buat hubungan serius. Mungkin belom waktunya gue buat mikirin pacaran, gue mau fokus dulu buat beasiswa."

My Dearest is A ProgrammerWhere stories live. Discover now