Sib Gao (19)

Mulai dari awal
                                    

"Seandainya. Lo ngga begini. Mungkin lain ceritanya. Tapi maaf. Ngga ada rasa cinta sedikitpun dihati gua buat lo! Kao jai mai? (Ngerti?)" Balas araya santai. Cindy semakin murka dan menampar araya berkali kali. Cindy menangis. Menangis sejadi jadinya.

"Lo gila cindy!! LO GILA!!!" araya berkata.

"Ya.! Ya gue gila. Gila karna lo!!!" Cindy tertawa disela tangisnya.

"Lepasin gue cindy!! Lepasin!!!" Pinta araya. Cindy menyeringai. Ia mencengkram rahang araya. Dalam sekejap ia menyambar bibir araya. Menciumnya dengan ganas. Araya merapatkan bibirnya.

PLAKKK. Cindy menampar pipi araya agar mulutnya terbuka.

"Cium gue araya!! CIUM GUEEE!!! PLEASE!" ucap cindy memohon penuh nafsu seraya menangis.

"Gue ngga bisa cindy. Gua mohon jangan lakuin ini" araya berkata.

"Cium gue please. Milikin gue kali ini aja tanpa dorongan apapun" ucap cindy menggebu gebu.

Cindy meraih wajah araya dengan kedua tangannya. Tapi dengan kekuatan yang tersisa. Araya menoleh bermaksud untuk menolak.

PLAKK. Cindy menampar pipi araya lagi dengan keras. Araya terdiam. Cindy bergerak menuju tombol merah untuk mengontrol papan dimana araya diikat. Saat ia menekannya, papan itu perlahan kembali keposisi awal. Araya terbaring diatas dipapan tersebut. Cindy menindih araya tepat di perut araya. Dengan sigap cindy mencengkram rahang araya dan menyambar bibir merona araya dengan bibirnya.

Dengan penuh pemaksaan, cindy berusaha menyelinap bibir araya dengan lidahnya. Nafasnya terengah engah. Tangannya pun tak tinggal diam. Cindy yang kini hanya memakai baju mandi sudah melepas tali pengaitnya. Hingga buah dadanya terekspos dengan jelas, menggantung bebas bergerak seirama dengan pergerakannya. Lalu cindy memposisikan buah dadanya tepat di wajah araya. Sesekali puting merah mudanya tergesek di beberapa titik bagian wajah araya.

"BUKA MULUT LO ARAYA. BUKA!!! HISAP ARAYAHHH MMHH AYOO. Lakukan sayang. Ini milikmuhhh" racau cindy masih berusaha. Dijambaknya rambut araya hingga araya meringis kesakitan.

"Gue ngga ma...mmhhh" ucapan araya terpotong saat puting cindy dengan sukses masuk kedalam mulut araya. Cindy semakin menekan buah dadanya dimulut araya meski araya tak melakukan respon apapun. Ia mulai merasa sesak karna hidung nya tertutup dada cindy.

"Mmmhh" gumam araya berusaha menggerakkan kepalanya agar mendapat oksigen.

"Hisap sayang mmmhh. Yaaahhh hisap" racau cindy.

"ARAYA!!! CINDY!!!" Spontan araya dan cindy menoleh kesumber suara.

***

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas dengan semangat. Tapi tidak dengan ellen. Ia melangkah gontai saat menuruni anak tangga. Hanya menunduk dan sesekali membalas sapaan dari teman dan adik kelasnya. Semua itu karena araya yang tak ada kabar sejak kemarin siang. Maminya yang sedang ada urusan diBelanda membuatnya sulit menanyakan tentang araya. Sementara ia meminta Beam untuk menghubunginya dan ternyata nomor araya tak bisa dihubungi.

Siang ini ellen memutuskan untuk pergi kerumah araya. Ia berdiri dihalte untuk menunggu taxi. Tak lama sebuah mobil yang tak asing lagi baginya berhenti didepan halte. Saat kaca kemudi terbuka, terpampanglah seorang pemuda, ia adalah Kuromiya Ruka.

"Nunggu siapa?" Tanyanya sopan.

"Aku nunggu taxi. Mau kerumah araya. Dia ngga masuk hari ini" jawab ellen.

"Yaudah naik. Kakak anterin" jawab ruka. Saat berpikir sedari tadi tak ada taxi yang ia dapat, ia lalu menyetujui ajakan Ruka.

Hampir setengah perjalanan, ruka tak mengatakan apapun. Tapi raut wajahnya nampak cemas.

Araya 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang