Nineteen - Sakit Jiwa

Depuis le début
                                    

"Kenapa.. kau seperti ini?"Lirih Stephanie, "Apa memuaskan bagimu melakukan hal ini terhadapku- terhadap kehidupanku?"

"Aku akan menjawabnya jika kau masuk ke dalam mobilku."Jawabnya sambil menghela nafas, "Aku tak memberikan kesempatan dua kali untuk membantumu menyelamatkan Chansung."

Tak berapa lama, suara pintu penumpang yang terbuka sekaligus menutup tertangkap jelas diiringi dengan senyum sedih yang menghiasi wajah Stephanie. Ia merasa tak lagi memiliki harga diri dan ketidakberdayaan ini sungguh membuatnya frustrasi. Namun, jika dipikir berapa kalipun juga, hanya ini satu-satunya jalan yang dapat ia pilih untuk menyelamatkan orang terkasihnya.

"Belum."Jawabnya sambil menggelengkan kepala, "Aku masih belum puas dalam menghancurkan hidupmu unnie."

Stephanie menelan ludahnya dengan susah payah, "Sampai.. kapan kau akan puas?"

"Entahlah,"Katanya sambil mengangkat bahunya santai, "Mungkin, sampai kau tidak terlihat menyedihkan seperti ini lagi?"

Stephanie terdiam, matanya memandang jauh keluar jendela yang kini menampilkan gedung pencakar langit yang berjejaran bagai tumpukan lego yang sering ia mainkan ketika ia masih kecil, ia berpikir kapan ia terakhir kali sempat melihat dunia luar sebebas ini, "Aku.. Aku ingin percaya bahwa Tiffany- Seohyun siapapun itu yang sedang aku hadapi saat ini bukanlah Tiffany yang aku temui beberapa tahun yang lalu."Ucap Stephanie sambil mengepalkan tangannya kuat, "Kau- kau adalah orang pertama yang aku percayai sebagai orang terdekatku dan aku tak mengerti mengapa kau berubah seperti ini."

"Kau sungguh menyedihkan."Mulutnya terangkat menyunggingkan sebuah senyum mengejek, "Semenjak awal pertemuan kita di bar aku tak mengira kau akan menjadi menyedihkan seperti ini."Kekehnya kemudian yang terdengar sarkas, "Kau sama sekali tak tahu tentang diriku dan kau memberikanku titel sebagai orang terdekatmu?"Nadanya mulai meninggi, "Kau dengan segala kenaifan yang kau miliki membuatku muak, unnie. Aku pikir itu adalah kelebihanmu yang membuatku ingin berteman tulus denganmu, tapi mengapa? Mengapa kau harus berasal dari keluarganya-"

"Kau mengenal Chansung."Potong Stephanie cepat, "Dan bisa jadi semua hal yang terjadiku padaku dan Oppa adalah rencanamu, bukan?"

Gadis itu menghembuskan nafasnya kuat dan merutuki kebodohannya, ia kembali memasang wajah datar dan sekilas memandang Stephanie dari ujung matanya, "Chansung.. ia yang membuat hidup kami menjadi seperti ini, unnie."

Stephanie menatap gadis disebelahnya lekat, tak menyangka jika asumsinya berubah menjadi sebuah fakta baru yang mengejutkan.

"Ia.. Ia adalah penghancur keluargaku saat ia memutuskan untuk tidur dengan ibuku."Lanjutnya yang secara otomatis membuat Stephanie terpaku, "Dan kau.. kau adalah satu-satunya alat bagiku untuk menghancurkannya tetapi kau begitu bodoh karena masih saja percaya denganku sehingga aku merasa benar-benar bersalah setelah apa yang kulakukan selama ini.Dan aku pikir aku sudah gila karena kini aku malah berinisiatif ingin membantumu untuk menyelamatkannya."Ucapnya dengan mata yang terasa panas, buku jarinya memutih akibat pegangan erat pada setir kemudi dihadapannya, "Begitu menyebalkan karena aku masih memiliki hati nurani setelah melihat betapa menyedihkannya adik dari penghancur keluargaku."

Stephanie tak mampu berkata apapun, ia tak ingin percaya pada gadis disebelahnya ini, namun tubuhnya yang bergetar hebat dan cairan bening di pelupuk matanya membuat keraguan itu perlahan memudar, berganti dengan kepercayaan yang kembali tumbuh setelah sekian lama hilang, atau apakah sebenarnya kepercayaan itu sedari awal tak pernah luntur?

"Bolehkah aku bertanya satu hal padamu?"Tanya Stephanie setelah terdiam cukup lama. Hanya dengan satu pertanyaan ini yang akan dapat menjawab segala keraguannya. "Apa benar nama aslimu adalah Seohyun? karena aku ingat nama itu begitu familiar di telingaku ketika aku akan masuk ke dalam penjara beberapa tahun silam."

Hidden TruthOù les histoires vivent. Découvrez maintenant