Seventeen - Seo Juhyun

2.4K 300 106
                                    

'Again?'

Itu adalah kata pertama yang terlintas di dalam benak Jessica setelah ia membuka mata untuk kali pertamanya. Menemukan dirinya tersekat oleh beberapa alat yang ia yakini adalah alat medis membuatnya sadar jika usaha menghilangkan nyawanya kembali gagal. Ia tak heran lagi jika semua usaha bunuh dirinya dimasa lalu selalu saja gagal, namun apa tujuan tuhan yang masih saja terus menyiksanya?

Jika karma yang setimpal baginya adalah berupa kematian, mengapa ia selalu saja gagal dalam mencobanya? Mengapa ia harus merasakan penderitaan yang luar biasa dengan semua rasa bersalah yang bertengger erat di pundaknya? dan juga apa belum cukup dengan konsekuensi perbuatan appa yang ia coba untuk lindungi meskipun harus dengan cara mendekam di penjara dingin tersebut?

Masih dengan posisi berbaring, Jessica tertawa getir meratapi kehidupan yang telah dilaluinya hingga kini. Pada awalnya kekehan itu terdengar renyah dan tanpa emosi sama sekali, namun suara tawa itu perlahan berganti dengan hentakan nafas yang tak beraturan lalu diiringi dengan cairan bening yang lolos begotu saja, membuat sebuah jejak baru di pipi gadis bermarga Jung tersebut.

Suara isak tangis itu terdengar amat menyakitkan dan menyayat hati bagi siapapun yang mendengarnya. Ia menutup matanya rapat bermaksud untuk menghentikan air mata keputusasaan itu namun hal tersebut hanyalah sia-sia. Ia malah menangis semakin kencang sehingga membuat kepalanya yang memang sudah terasa berat semenjak ia bangun tadi terasa semakin buruk. Hal itu juga memberi akibat pada terganggunya seseorang yang tengah meringkuk di sofa yang berada tak jauh dari bangsal gadis itu sehingga membuatnya terbangun dan tersentak kaget melihat keadaan Jessica.

"S-Sooyeon, H-hei kau sudah bangun? m-mengapa kau menangis?"

Suara yang terdengar begitu familiar di telinga Jessica membuat isakannya secara berangsur-angsur mereda. Ia sama sekali tak mempercayai pendengarannya dan membayangkan jika suara itu hanyalah khayalannya belaka membuat air matanya kembali merebak.

"Sooyeon.."

Appa?, Pikirnya namun gadis itu masih tetap tak percaya sehingga ia memutuskan untuk membuka mata agar dapat membuktikan asumsinya.

"P-putri kecilku sudah sadar?"Suara Tuan Jung terdengar gagap, Jessica mencoba memfokuskan pandangannya, Namun yang ia lihat adalah sosok pria yang kalang kabut menekan tombol yang Jessica percayai untuk memanggil dokter yang berjaga.

Appa.., Jessica berusaha untuk mengucapkan kata itu. Namun ia tak bisa karena tenggorokannya terasa tercekik sampai-sampai bernafas pun terasa sesak. Ia hanya melihat figur pria paruh baya tersebut tersenyum penuh suka cita kearahnya, dan Jessica sejenak berpikir jika ia sebenarnya telah tiada. Karena, bagaimana mungkin ia mendapati senyum hangat appa yang selama ini menjadi panutannya kecuali jika ia telah tak bernyawa lagi?

"Betapa bodohnya aku saat memikirkan bahwa berbagai ancaman hanya berasal dari lingkungan sekitarmu. Aku sungguh lupa jika risiko terbesar itu justru muncul dari dalam dirimu."Ucap Tuan Jung seraya menggenggam tangan putrinya erat, matanya kembali memerah,"Mianhae, jeongmal mianhae."

Jessica merasakan sebuah kecupan di puncak kepalanya dan entah mengapa, secara ajaib rasa sakit di kepalanya mulai berkurang dan berganti menjadi rasa kantuk yang tak tertahankan.

"Cepat Sehun! Putriku sudah sadar!"

Huh? Sehun?, Jessica kembali mencoba memfokuskan pandangannya pada seseorang yang dipanggil Sehun oleh appa-nya. Tetapi, rasa kantuk yang ia rasakan semakin menjadi-jadi dan matanya yang sudah setengah tertutup tak sanggup lagi menampakkan iris coklat muda miliknya.

Hidden TruthWhere stories live. Discover now