One - Prologue

12.1K 611 86
                                    


"Kalau sudah bersalah kenapa tidak mengaku saja?"

"Gadis ini benar-benar seperti ular! Lihat, dibalik penampilannya yang baik-baik itu ternyata dia adalah seorang pembunuh!"

"Bagaimana mungkin ia melakukannya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun?"

"Apa ia masih memiliki hati nurani?"

"Jika sekali lihat saja kau tak akan percaya jika ia adalah seorang pembunuh. Wajahnya benar-benar menipu!"

Dengan borgol yang dipasang erat serta beberapa penjaga yang mengawalnya ketat dikiri kanan, yeoja itu berjalan melewati kerumunan massa yang mencaci maki dirinya. Ia terus memasang wajah dinginnya dan berlalu menuju mobil tahanan.

"Mati kau Jalang! Kau sudah membuat anakku tak sadarkan diri selama berbulan-bulan! Kenapa kau tak mau mengaku juga eoh?"Seorang ahjumma menyeruak diantara kerumunan sambil berusaha mencapai tempat dimana yeoja itu berdiri.

"Minggir! Kau harus mati ditanganku Jalang! Kemari kau!"Ahjumma itu mendorong polisi yang berjaga disekitar yeoja itu tapi tidak berhasil. Yeoja itu sejenak berhenti, melihat ke arah ahjumma tersebut dengan pandangan yang sama sekali tak bisa diartikan.

"Wah, itu adalah eomma-nya korban tersebut, aku bisa merasakan bagaimana sakit hatinya."

"Kalau aku adalah ahjumma tersebut, aku akan langsung membunuhnya! Yeoja ular ini tak bisa dimaafkan!"

"Lihatlah, wajah yeoja itu masih terlihat biasa saja walau ia sudah berada di hadapan eomma sang korban itu, aku yakin dia itu adalah seorang yeoja psikopat!"

Yeoja itu menarik nafasnya dalam, ia kembali menatap manik ahjumma itu aneh lalu melanjutkan langkahnya menuju mobil tahanan.

"Sampai kapanpun aku tak akan memaafkanmu Jalang! Aku akan membunuhmu! Ingat Itu!"

***

Seorang Yeoja tampak mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Tempat ini begitu kecil, mungkin begitu pikirnya. Jika dilihat-lihat, tempat ini sepertinya lebih kecil dibandingkan kamar mandinya. Bagaimana mungkin kau melakukan semuanya disini? Makan, tidur bahkan tempat klosetpun berada diruangan yang sama. Belum lagi terdapat sebuah jeruji besi yang tentu saja membatasinya untuk menghirup udara segar dan ia hanya diberi sebuah ventilasi kecil. Hal yang sungguh tidak manusiawi bagi seorang manusia menurutnya.

Tapi.. itu mungkin adalah pikirannya beberapa bulan yang lalu, saat pertama kalinya ia datang ke tempat ini. Sekarang ruangan ini telah menjadi pemandangannya sehari-hari dan mungkin selamanya. Bagaimanapun juga, tak ada celah baginya agar bisa keluar dari tempat ini. Suatu keajaiban yang mungkin dapat membawanya dapat menghirup udara bersih kembali.

Hidupnya begitu menyedihkan, orang tuanya sama sekali tak peduli dengan masalahnya bahkan mereka turut menyalahkan yeoja itu. Mereka tidak peduli tentang perasaan yeoja itu dan terus-terusan menyalahkan bagaimana dampak yang disebabkan oleh yeoja itu terhadap perusahaan mereka. Mereka kembali mengungkit masa lalu sehingga membuat yeoja itu semakin terpuruk dan menimbulkan perasaan bersalah. Ia sungguh membutuhkan sandaran, Namun sepertinya seluruh dunia tampak telah membencinya. Membuat dirinya dipandang begitu hina seperti setumpuk kotoran, mungkin lebih buruk daripada itu jika bisa.

"Pst, Sica-ya, kau sudah tidur?"

Yeoja yang dipanggil Sica itu menghela nafas panjang. Ia segera bangkit dan mengetukkan jarinya beberapa kali ke dinding, seperti sebuah kode bahwa ia masih belum tidur.

Hidden TruthWhere stories live. Discover now