Two - Aneh

4.4K 409 26
                                    

Langit senja yang biasanya berwarna jingga keemasan kini tak lagi berwarna. Awan mendung berarak menutupinya sehingga menutupi pias indahnya. Jessica hanya dapat melihat hal itu dari celah ventilasi kecil di sel penjaranya. Ia berkhayal tentang seberapa luasnya langit ini, mungkin saja dulu ia tak begitu memperhatikannya, ia lupa untuk bersyukur, ia sangat ingin melihat luasnya langit indah itu sekali lagi, kadang ia berpikir, apa seseorang juga sedang memandang langit yang sama dengan dirinya? Apa.. bisakah orang itu adalah dia?

"AAAAAKKK!!"

Teriakan seorang yeoja membuat Jessica terlonjak kaget. Ia langsung berbalik dan berjalan menuju arah depan. Ia lalu mencengkeram jeruji besi itu erat sambil menerka siapa yeoja yang sebentar ini berteriak hebat.

"AAAAAKKK! Ku mohon, jangan pukuli aku. A-aku tak akan melakukannya lagi!"

"Fany-ah! Fany-ah!"Jessica berteriak panik ketika mendengar suara Tiffany yang sedang meringis kesakitan dari ruangan disebalahnya.

"AAAKKK! Mianhae! Tolong Lepaskan aku!"

"YA! Jangan ganggu Tiffany kau sialan!"Jessica berulang kali menendang jeruji besi di depannya sambil mengeluarkan berbagai umpatan.

"Aaaargh,"Terdengar suara berdebam keras yang disertai langkah kaki orang yang keluar dari ruangan Tiffany. Jessica mengepalkan tangannya kuat sambil berusaha mengendalikan emosinya yang sudah berada diubun-ubun. Ia mendengar langkah kaki itu berjalan mendekatinya yang disertai dengan tawa yang terkesan meremehkan.

"Wah, nona pembunuh lagi ternyata. Kenapa kau selalu saja menggangguku, huh?"Yeoja itu menyunggingkan senyum miringnya seraya menatap Jessica sinis.

Jessica menatapnya dingin, seragam yang dipakai oleh orang yang berada di hadapannya ini sama sekali tak mencerminkan sikap yang dimilikinya. Kenapa bukan orang ini saja yang menghuni sel-sel kosong disini?

"Apa yang kau lakukan pada temanku?"Tanya Jessica dingin, rahangnya mengeras dan buku-buku jarinya tampak memutih menahan amarah.

"Hanya memberikannya sedikit pelajaran karena telah bertindak tak sopan. Apa kau mau juga?"Yeoja itu malah balik bertanya disertai dengan seringaian kecilnya.

"Seharusnya kau tahu.. Kau tahu karena kau itu seorang dokter. Apa tujuanmu kemari, eoh?"Teriak Jessica kesal.

Yeoja itu kembali tertawa sinis, "Tanyakan saja pada teman jalangmu itu. Pantas saja kalian saling berteman, ternyata sifat kalian berdua itu sama."

"Apa kau bilang?!"Jessica berusaha menarik baju yeoja itu agar mendekat kearahnya. Namun, yeoja itu dengan sigap melangkah mundur. "Kemari kau pengecut!"

"Nona pembunuh, ingat statusmu itu. Kau hanya makhluk hina yang tak pantas untuk menyentuhku, bahkan berada di dekatku. Sadari dulu kesalahan yang telah kau lakukan itu. Dan jika kau pikir aku takut dengan pembunuh semacam dirimu jawabannya adalah tidak. Aku bahkan bisa menjadi lebih bengis dari yang kau kira."Ucapnya yang seketika membuat tubuh Jessica merinding. Tapi, ia tak boleh gentar. Yeoja di depannya ini akan semakin menginjak harga diri yang satu-satunya ia miliki saat ini.

Jessica tertawa, wajahnya sama sekali tak memperlihatkan rasa takut yang sempat terlintas di otaknya, "Haha. Seharusnya kau yang berada di sini. Bukan diriku psikopat gila!"

"Aku tak peduli."Jawabnya enteng, "Kita lihat saja realitanya, siapa yang berada di dalam sana dan siapa yang berkeliaran bebas menghirup udara bersih. Aku rasa kau salah besar. Kau tak bisa memperlakukanku seperti dulu lagi."

Jessica terdiam dan kali ini malah yeoja itu yang berbalik menertawakannya, "See? Jadi jangan terlalu banyak bermimpi nona pembunuh."Ucapnya seraya meremas bahu Jessica kuat.

Hidden TruthWhere stories live. Discover now