Bagian 7 : Bekal

59 5 2
                                    

Happy Reading!

Typo berserakan, langsung post soalnya.

PW : Huruf bercetak miring masa lalu (flashback)

******

Senandung lagu Till I Met You dari Angeline Quinto dari bibir Aya terdengar memenuhi dapur rumahnya. Sekarang masih jam 5 pagi, dan Aya sudah sibuk dengan peralatan dapur.

Hari ini, Aya akan membuatkan bekal untuk Jiro. Bekal ini sebagai ucapan terimakasih, karena cowok itu sudah merawatnya saat sakit kemarin.

Siapa tau dengan bekal ini hubungannya dengan Jiro tidak lagi canggung, ya kan?

Berharap saja dulu.

Aya tersenyum kecil dengan apa yang dipikirkannya. Aya jadi tidak sabar pergi ke sekolah.

"Aya?"

Aya menoleh saat ibunya memanggil. Aya tersenyum pada ibunya yang kini berjalan menghampiri Aya.

"Kamu ngapain pagi-pagi udah sibuk di dapur? Emangnya udah sembuh?"

"Udah, Ma. Demam Aya udah turun, kepala Aya juga udah nggak sakit lagi."

Rina —ibu Aya— menganggukkan kepalanya mendengar ucapan putrinya. Rina melirik ke teflon, melihat apa yang tengah dibuat oleh anaknya.

"Kayaknya Mama tau ini buat siapa?" Rina mencolek lengan Aya dengan senyum menggoda.

"Apa sih Ma.. ini buat Aya kok.."

"Bohongnya kelihatan banget. Kamu kan nggak suka makan udang,"

"S-suka kok! Sekarang Aya suka udang!"

Rina tertawa kecil melihat Aya yang gelagapan. Dia tau sekali anaknya tidak suka dengan udang atau makanan laut lainnya. Tidak mungkin dalam semalam Aya bisa langsung suka dengan udang.

"Udah.. bilang aja buat Jiro, kan?"

Aya menutup mulutnya dengan pipi merah, membuat Rina tertawa geli melihatnya.

"Tuh kan bener.. kamu mana mau masak pagi buta kayak begini, kalo bukan buat Jiro."

"Hehe.. ketahuan deh," Aya hanya bisa nyengir kuda.

Rina menggeleng dan tersenyum geli. Dia berjalan membuka kulkas, mengambil beberapa bahan masakan.

"Akhir-akhir ini Jiro jarang main kesini ya," Aya terdiam mendengar ucapan ibunya. Aya belum cerita ke ibunya, kalau dia sudah putus dengan Jiro.

"Papa kamu nanyain terus loh, katanya 'Jiro nggak kesini? Yah.. Papa udah kangen main catur sama dia nih..' gitu," Rina menoleh menatap putrinya, mendapati Aya yang terdiam.

"Sayang," Rina mengelus kepala Aya lembut, membuat Aya tersadar dari lamunan. "Kalian baik-baik aja, kan?"

Aya mengangguk cepat, memberikan senyum yang dipaksakan.

"B-baik kok, Ma."

"Jiro lagi sibuk OSIS, soalnya bentar lagi ada acara tahunan sekolah. Jadi yah gitu.. susah mau ke rumah." Rina menatap Aya cukup lama, kemudian mengangguk mengerti.

"Kalau gitu, Mama titip salam aja buat Jiro. Bilangin jaga kesehatan, itu yang terpenting."

"Oke, Ma." Aya menghembuskan nafas lega. Ibunya tidak lagi bertanya tentang Jiro, dan mulai sibuk membuat sarapan.

*****

Aya menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada orang disekitarnya. Meskipun Aya yakin tidak akan ada orang sepagi buta ini datang ke sekolah, kecuali dirinya tentu saja. Setalah dirasa aman, Aya segera membuka loker dengan nama "Aljiro Febrian".

Getting Back Together? | SLOW UPDATE Där berättelser lever. Upptäck nu