Bagian 3 : Kenangan

88 11 3
                                    

Rencana mau update kemaren tapi jaringan internetnya enggak mendukung sama sekali, jadi terpaksa di undur. Part ini mungkin banyak narasinya, kalau enggak suka bisa di skip. Terima Kasih yang udah nunggu kelanjutan cerita absurd ini.

Typo bersebaran dimana-mana, harap dimaklumi ya.

Happy Reading!

Ps : Huruf bercetak miring adalah masa lalu (Flashback)

****

Aya menggerutu kesal sembari menatap jam tangan yang bertengger di tangan kirinya. Sudah pukul 02.15 siang. Aya sudah menunggu Jiro selama 15 menit di depan pagar rumahnya seperti orang bodoh. Dan cowok yang ditunggunya itu belum juga menunjukkan batang hidungnya.

Hari ini Jiro berjanji akan mengajaknya pergi ke taman kota untuk berkencan dan jalan-jalan. Tapi cowok itu sekarang tidak juga datang menepati janjinya.

Mengingat mereka akan pergi ke taman kota membuat Aya tersenyum kecil. Tidak mudah bagi Aya untuk membujuk Jiro berkencan atau sekedar jalan-jalan di sekitar taman kota. Butuh perjuangan keras agar bisa mengajak Jiro berkencan layaknya pasangan remaja lainnya.

Aljiro Febrian! Cowok yang berstatus sebagai pacarnya itu sangat anti dengan hal-hal seperti berkencan ke taman bermain, atau menonton film romantis di bioskop. Jiro pasti akan berkata,

"Buang-buang waktu aja jalan-jalan ke taman bermain, bukannya seneng malah pegel."

Jiro lebih memilih menghabiskan waktu akhir pekan dengan pergi ke perpustakaan kota, toko buku, atau cuma mengobrol di halaman rumah Aya sepanjang sore. Bahkan cowok itu pernah hanya tidur sepanjang akhir pekan di dalam kamarnya —tanpa memberikan kabar pada Aya.

Bukan Aya tidak senang dengan cara Jiro saat menghabiskan waktu dengannya. Aya akui Jiro adalah tipikal cowok yang romantis, meskipun bukan dengan makan malam romantis di restoran. Tapi dengan caranya sendiri. Hanya bermain gitar dan suara merdu milik Jiro di sore hari, sudah membuat suasana lebih romantis dari pada makan malam di restoran mahal.

Ya. Se-bucin itu Aya pada Jiro.

Tapi, Aya tetaplah remaja yang ingin merasakan bagaimana rasanya kencan di taman bermain atau menonton film di bioskop. Sayangnya, membujuk Jiro untuk pergi berkencan seperti itu bagaikan menunggu batu untuk menjadi air. Mustahil!

Untuk pergi ke taman kota yang hanya berjarak 1 km dari rumah Aya saja harus membutuhkan usaha maksimal. Aya harus belajar dengan keras untuk dapat mengalahkan skor Jiro pada tes matematika minggu kemarin. Meskipun kelas mereka berbeda, tetapi guru yang mengajar tetap sama.

Dan disini lah Aya sekarang, menunggu Jiro menjemputnya untuk pergi ke taman kota. Memenuhi janji Jiro yang telah kalah telak dengan Aya.

Aya tersenyum puas membayangkan apa yang sudah di lalui nya sampai pada titik sekarang. Meskipun tidak bisa pergi ke taman bermain atau bioskop. Setidaknya menghabiskan akhir pekan di taman kota tidak masalah bukan?

Kring~ Kring~

Aya mengedarkan pandangan matanya saat mendengar suara lonceng sepeda. Matanya terpaku menatap seorang cowok yang tengah menggoes sebuah sepeda ontel menuju kearah nya.

"Gue gak salah liat kan?" gumam Aya mengucek kedua matanya dengan tangan.

"Hai." sapa cowok itu dengan senyum lebar di bibirnya. Aya menatap aneh cowok yang menjadi pacarnya itu. Jiro mengendarai—

Getting Back Together? | SLOW UPDATE Where stories live. Discover now