"Ia masih mempertahankan perusahaa itu" ucap marko. Aku mendongakkan kepalaku dan menatapnya.

"Apa dia akan jual perusahaan itu?" Tanyaku.

"Dari yang ku dengar dari beberapa karyawan disitu, bos mereka akan menjualnya. Perusahaan itu ditawar oleh NJ Group dan beberapa yang lainnya." Lanjut marko.

"Oke. Kerja bagus. Selanjutnya kalian tau kan apa yang harus dilakukan?" Tanyaku. Mereka mengangguk. Aku berdiri kearah nakas ranjangku. Mengambil sebuah amplom bersisi uang dan kembali ke sofa. Aku melemparkan amplop itu pada marko dan sharp sebagai upah.

"Terimakasih araya. Ini banyak sekali" ucap sharp setelah memeriksa isinya. Aku hanya tersenyum. Dan akhirnya mereka keluar dari kamarku setelah semua urusan kami selesai hari ini.

Aku melihat lihat lagi isi map itu. Aku tersenyum puas melihatnya.

***

***

***

Sepulang sekolah araya mengajak ellen pergi ke mansionnya. Setelah sampai dan memarkirkan ferari kesayangannya di parkiran khusus mobilnya, ia langsung merangkul ellen untuk masuk ke mansion dan langsung ke kamarnya.

Ellen duduk di tepi tempat tidur. Ini kesekian kalinya ellen main ke mansion araya. Bahkan araya menyediakan sebuah kamar khusus disebelah kamarnya untuk ellen untuk berjaga jaga jika ellen main dan menginap di mansionnya. Araya segera pergi mandi setelah meletakkan tasnya di sembarang arah.

Sekitar 20 menit araya telah selesai dengan urusannya. Ia hanya melilitkan handuk dilingkar pinggangnya lalu keluar dari kamar mandi. Bahkan ia tak mengeringkan rambut dan tubuhnya.

Tampak ellen sedang tertidur di ranjang king size milik araya. Ia terlihat lelah sampai tak melepas seragamnya. Araya berjalan menghampiri ellen. Ditatapnya setiap inci wajah ellen. Bibirnya yang mungil dan merona sangat terlihat menantang. Dan tanpa araya sadari. 'Junior' yang baru beberapa minggu ia miliki itu kini tengah bangun. Ia berterimakasih pada implan yang tertanam. Setidaknya itu membuat ia merasakan benar benar menjadi laki laki.

Araya mengelus pipi ellen dengan lembut. Sebenarnya ia ingin sekali menjamah tubuh ellen lebih dari biasanya. Tapi ia sadar, ia harus menunggu sekitar sebulan lagi untuk bisa menggunakan 'nya' dengan baik. Itupun jika ia berhasil membuat ellen mau melakukannya lebih dari biasanya.

Araya tersenyum. Lalu mendaratkan ciuman bibirnya di bibir ellen. Ellen masih belum bangun saat araya terus menghisap dan melumat bibirnya dari ritme lembut hingga sedikit ganas.

Sesekali araya bergerak menciumi leher ellen, menggigit telinganya dengan lembut, dan menciumi seluruh wajah ellen, bahkan kini tubuh araya sudah berada diatas ellen. Sepertinya ellen benar benar kelelahan. Ia hanya mengerang tanpa terbangun. Hal itu membuat araya semakin bebas melakukan apa yang ia mau. Araya kembali melumat bibir ellen. Tiga empat menit kemudian araya masih melumat bibir ellen. Hingga oksigen terasa menipis. Ellen mulai bangun, araya tersenyum kala ellen mulai membalas ciumannya. Perlahan araya bergerak kebawah. Ke leher, lalu ke dada. Tangan kiri araya bergerak ke dada ellen. Araya meremasnya dengan lembut berulang kali.

"Boleh?" Bisik araya setelah melepas lumatan bibirnya. Ellen mengangguk, tampaknya ia juga menginginkan hal itu. Mata sendunya membuat birahi araya semakin memuncak.

Araya membuka setiap kancing seragam sekolah ellen. Melepasnya cepat, ia juga telah sukses menanggalkan tanktop dan bra ellen. Kini ellen telah telanjang dada. Mata araya terbelalak melihat pemandangan pegunungan dihadapannya. Ini kedua kalinya araya melakukan ini pada ellen. Ya, hanya sebatas disana. Araya mengagumi apa yang ia lihat. Sedikit berbeda dari sebelumnya. Ini terlihat. Lebih indah dari biasanya.

Araya 1 [END]Where stories live. Discover now