2. Perpisahan

1.4K 63 1
                                    

Kegaduhan terjadi di perusahaan Pak Deni. Ia bahkan terlihat begitu marah ketika tahu Pak Gani telah menggelapkan uang perusahaan. Padahal, hubungan mereka begitu baik dilihat oleh mata bisnis dan keluarga. Hal itu tentu tak bisa Pak Deni terima, karena ia merasa bahwa telah dikhianati oleh orang yang anggap keluarga.

"Apa kamu bilang? Apa benar Gani yang melakukannya?"

"Saya tidak yakin soal itu, karena tidak mungkin pak Gani melakukan hal seperti itu pak," sahut salah satu eksekutif perusahaan

"Tapi di mana Gani sekarang?"

"Beliau pergi untuk menemui client di Hongkong."

Setelah kepulangannya dari Hongkong, Pak Gani sangat terkejut mendengar kabar perihal dirinya yang dituduh menggelapkan uang perusahaan. Bahkan Pak Gani tak tahu menahu soal penggelapan tersebut. Pak Gani kebingungan setengah mati karena selama ini bekerja, ia merasa jujur dan tak pernah melakukan korupsi atau hal buruk lainnya. Karena ia tahu, Deni sudah seperti keluarga pula baginya.

"Deni, saya gak pernah melakukan hal semacam itu." Pak Gani berusaha membela diri di depan Pak Deni.

"Kamu tau, perusahaan ini saya bangun menggunakan tangan saya sendiri. Saya membantu kamu untuk bisa menghasilkan uang di sini, tapi sekarang kamu mengkhianatinya? Sekarang bilang pada saya, kamu yang melakukannya!" Mata Pak Deni mulai memerah pekat.

"Tapi saya gak ngelakuin apa-apa, pasti ada oknum yang menuduh saya! Kamu tidak percaya sama saya?"

"Ini buktinya. Kenapa bisa aliran dana ini mengalir ke kamu?"

"Bagaimana, bagaimana ini bisa terjadi? Siapa yang melakukan ini sama saya? Saya bahkan gak tau uang sebanyak ini bisa masuk ke rekening saya. Saya gak tau apa-apa Deni. Saya berani bersumpah."

"Sebelum kamu saya antar ke kantor polisi, lebih baik kamu pergi dan menjauh dari sini. Saya sudah baik karena saya memikirkan keluarga kamu. Saya akan sita semua aset perusahaan yang kamu miliki. Saya tidak bisa mempekerjakan kamu lagi."

"Tapi saya tidak ..."

"Keluar, jangan pernah kamu berani menginjakan kakimu di sini. Saya masih berbaik hati tidak menyeret kamu ke polisi. Kamu tidak bisa pernah saya maafkan! Cepat pergi!"

Entahlah. Kala itu seperti petir menyambar dirinya. Ia seperti mengalami sebuah mimpi buruk dan ketika bangun ia sudah tak bisa melakukan apapun. Pak Gani melangkah pulang, dengan wajah penuh kesenduan. Ia pun tak bisa membela dirinya, karena tak ada seorang pun yang berpihak padanya di perusahaan. Hal itu meyakini dirinya, bahwa memang ada orang yang selama ini dengki padanya. Dan kini, menjatuhkan harga dirinya di depan semua orang.

Ketukan pintu terdengar dan suara langkah sepatu mengejutkan Hani. Ia melotot melihat sang Ayah pulang dengan raut wajah yang sungguh membuatnya begitu penasaran.

"Ayah ada apa?" tanya Bu Lusi.

"Ayah, kenapa ayah pulang cepat? Bukannya ini masih jam kerja?" Hani bertanya heran.

"Ayah minta maaf, Ibu, Hani," ucapnya dengan nada lemah.

"Cepat jawab Ayah apa yang terjadi?"

"Ayah dituduh menggelapkan uang perusahaan, padahal ayah tidak pernah melakukannya."

"Apa kamu bilang?"

Seketika perkataan Pak Gani mengejutkan Bu Lusi.

"Ayah gak tau apa yang terjadi tapi Deni marah besar, dia ingin menyeret ayah ke kantor polisi, tapi dia malah membiarkan ayah pergi begitu aja dan gak boleh menginjakan kaki di perusahaan lagi, ayah bingung."

MOONLIGHT (Love in Business)Where stories live. Discover now