"Aku akan segera pulang bae. Tunggu. Kenapa suara kamu? Kamu nangis?" Tanya araya.

"Nggak. Aku ga nangis. Aku cuma terlalu kangen sama kamu" jawab ellen ber bohong.

"Hmmm maafin aku na. Kamu mau apa? Aku akan belikan apapun itu" ucap araya.

"Aku cuma mau kamu pulang. Aku ga butuh yang lain" ucap ellen.

"Aw. Manisnya istriku. Baik baik disana na. Jaga hati. Jangan lupa istirahat yang cukup. Kalau ada yang jahat bilang sama aku" ucap araya.

"Iya aku ak... bip" telpon mati. Diliriknya ponsel ellen. Ponselnya kini mati. Rupanya ia lupa mencharge ponselnya.

"Sial" umpat ellen. Ellen terdiam. Ia duduk manis memandang danau buatan dihadapannya. Ini tempat yang beberapa kali ia datangi bersama araya. Tempat yang begitu tenang dan indah. Pikiran ellen kembali melayang. Air matanya kembali jatuh. Kerinduannya pada araya dan mendiang ibunya kini benar benar memuncak. Terlalu menyesakkan dada bagi ellen menanggung hal ini sendiri. Ia sendiri saat ini. Tak ada siapapun yang dapat mengerti. Sejak hari perjodohan itu. Ellen menjadi semakin murung. Ia tak berani menceritakan hal ini pada siapapun termasuk araya. Ia khawatir ia akan sedih bahkan buruknya, araya bisa meninggalkan ellen. Ellen ingin sekali menikah. Tapi hanya dengan araya. Cuma araya.

Ellen menangis semakin menjadi. Lalu perlahan ia mendengar suara kaki melangkah. Ia menoleh cepat. Mata ellen menatap seorang pria yang tengah menghampirinya dengan tajam. Wajahnya mengeras.

"Lo? ngapain disini?" Tanya seorang pria bertubuh tinggi dan tegap dengan kulit tan dan senyumnya yang manis. Ia langsung mendaratkan pantatnya disebelah ellen. Dia adalah Forth.

"Lo disuruh ayah?" Tanya ellen ketus.

"Sekalipun disuruh. Gua ga akan mau" jawabnya enteng.

"Kenapa?" Tanya ellen penasaran.

"Karna gua gamau dijodohin" jawab Forth lembut.

"Gua ngerti perasaan lo. Kalo boleh jujur. Gua udah tau beberapa hal tentang lo. Tenang. gua ga akan rebut lo dari siapapun. Karna gua pun udah punya pacar" tambah forth. Ellen tak menjawab. Suasana menjadi sedikit hangat. Beruntunglah forth punya pacar.

" pacar yang lebih dari segalanya. Dia terlalu sempurna dan baik untuk gua sakitin. Waktu yang kita tempuh buat sama sama juga ga sebentar. Semuanya ga akan gua khianatin cuma karna perjodohan ini. Karna gua akan menikah dengan dia suatu saat nanti" tutur forth. Mata ellen terbelalak setelah menoleh cepat. Moodnya langsung naik dan senyumnya berkembang. Kini ia sedikit tau bahwa Forth bukan orang yang patut dibenci. Bisa ia dengar dengan jelas bagaimana Forth menjaga hubungannya dengan kekasihnya. Siapapun itu. Ia telah beruntung memilih Forth sebagai kekasihnya.

"Kenapa? Apa lo mau dijodohin?" Tambah forth. Ellen menggeleng mantap. Ia tak peduli pria dihadapannya ini tau tentangnya dari mana. Forth tersenyum lalu mengacak acak rambut ellen pelan.

"Gue cewe. Dan gue tau perasaan cewe lo kalo tau lo dijodohin sama gue. Gue pun ga mau dibenci siapapun karna masalah ini" ucap ellen. Forth meringis dan terkekeh pelan. Sekilas memalingkan wajahnya kelain arah.

"He he i..iya cewe. Tentu aja cewe gua bakal sakit hati" jawab forth. Ellen menarik nafas lega.

"Gua pernah liat lo sekali. Tapi gua lupa dimana. Papi juga sering kasih liat foto lo dari ayah lo" ucap forth.

"Hmm gua kesini bukan tanpa alasan. Gua kerumah lo buat membicarakan hal ini. Ada yang mau gua omongin. Tapi gua liat lo tiba tiba keluar rumah. Gua ikutin lo. Dan liatin lo dari tadi" tutur forth.

"Kita harus bersatu buat penolakkan ini. Apa kita bisa jadi kakak adik sekarang?" Tanya forth. Ellen terdiam heran. Tapi tak lama ellen mengangguk sekilas.

Araya 1 [END]Where stories live. Discover now