"Aku...tidak terpaksa menerima perjodohan ini, bahkan pernikahan ini Ko. Nenek berulang kali menyakinkan aku bahwa pilihannya untuk ku adalah pilihan yang terbaik. Mungkin terdengar aneh, tapi...saat aku sudah bersamanya selama lebih dari delapan bulan ini. Aku mulai mengenalnya Ko. Kami belajar untuk saling mengenal."

"Aku mencitai suamiku. Aku bahagia bersama suamiku, Ko. Dan aku harap kamu bisa mendapatkan kebahagiaan kamu juga Ko. Bahagia bersama wanita yang kamu cinta dan mencintai kamu dengan tulus."

Retak, retakan di hati Jericho semakin menjalar, sedikit lagi sentuhan retakan itu akan pecah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Retak, retakan di hati Jericho semakin menjalar, sedikit lagi sentuhan retakan itu akan pecah. Inilah konsekuensi ketika mendengar penjelasan langsung dari mulut Yohana. Secara tidak langsung semua pertanyaan Jericho terjawab. Bahkan saat bercerita teman kecilnya itu menampilkan senyum bahagia.

"Tapi kalian tidak menjalani pernikahan kalian dengan benar Yo." alis Yohana menyatu mendengar ucapan Jericho "Kamu...bahkan ragu...untuk..." alis Yohana terangkat menunggu Jericho menyelesaikan ucapannya "Kalian...tidak...berhubungan..."

Mata Yohana terbelalak secara perlahan, kearah mana Jericho menuju Yohana tahu. Kini Yohana tersenyum kikuk, bagaimana tidak jika hal pribadi rumah tangganya terdengar oleh orang luar yang bahkan baru ia temui. "Bagaimana kamu...?"

"Saat kamu dan Deby di atas gedung kantor. Aku mengikuti kalian dan tanpa sengaja mendengar pembicaraan kalian." Sudah terlanjur basah sekalian saja Jericho bercerita. "Kamu ragu Yo." Jericho mencoba mengingatkan Yohana atas ucapan Yohana sendiri.

Yohana menghela nafas. "Mungkin kamu salah paham Ko. Bukan aku meragukan suamiku. Tapi yang sebenarnya aku ragukan adalah diriku sendiri. Apakah aku pantas untuk dia? Bahkan suamiku bersabar sampai aku siap." Yohana sebenarnya malu untuk menceritakan hal itu, tapi Yohana tidak ingin teman kecilnya terus salah paham. "Kamu tahu kan...fisik aku..."

"Kamu cantik." Sahut Jericho cepat sambil menatap kedua bola mata Yohana. Tersenyum Yohana membalas Jericho dan mengucapkan terima kasih. "Aku menyukai kamu bukan karena fisik kamu Yo. Asal kamu tahu saja. Kebaikan hati kamu, kepolosan kamu, ketulusan kamu. Aku menyukai hal itu. Jadi jangan merasa fisik jauh lebih penting dari yang aku sebutkan tadi. Kalau...kalau suami kamu hanya lihat...lihat..." perkataan Jericho yang mengebu-ngebu mendadak gagap karena kesadaran Jericho yang mulai terkumpul.

Yohana terkekeh "Bersyukur...suamiku tidak melihat ku dari segi fisik Ko." Ucap Yohana pipinya sudah merona, dan Yohana juga dapat melihat rona itu dipipi Jericho.

Udara disekitar Jericho terasa panas, ia meraih gelas minumannya –es teh manis- kemudian meneguknya. Walau dikatakan fisik Yohana biasa-biasa saja, tapi Jericho adalah pria normal yang pernah membayangkan lawan jenisnya.

"Doa kan saja kamu cepat dapat keponakan dari aku ya..." ucap Yohana menyengir sambil tangannya mengusap perut.

Sukses perkataan Yohana membuat Jericho menyemburkan es teh manis yang baru saja ia teguk, membuat pelanggan lain memperhatikan. Yohana segera mengambil beberapa tissue dan memberikannya pada teman kecilnya yang sedang menunduk, mencondongkan tubuhnya supaya air es teh yang menetes dari mulutnya tidak terkena jas dan celana-nya. Kini Jericho sadar betul bahwa ia sudah kalah telak.

Be My Wife (Complete)Where stories live. Discover now