스물하나

Mulai dari awal
                                    

"Oh, kepindahan Seonho ke New York itu hari ini?"

Hyungseob mengangguk.

"Pantas saja Guanlin murung terus sejak kemarin."

"Guanlin? Serius?"

"Duarius," Woojin menunjukkan dua jarinya, seperti tanda peace, " kemarin kami kumpul lagi di rumah Kak Daniel dan yea, you know what happen after that. Guanlin nggak ngomong sama sekali. Kelihatan sedih."

"Wajar saja, mereka akan berpisah sejauh dan selama itu," Hyungseob merendahkan nada bicaranya, "aku pun akan seperti itu."

"Jika berpisah denganku?"

Hyungseob memukul pelan kepala Woojin. Yang terkena pukulan hanya nyengir.

"Jangan becanda. Sana pulang."

"Nggak."

"Lho, terus maumu apa, sih?"

"Jalan, yuk?"






-Cigarette-







"Guanlin?"

Guanlin menoleh, terlihat Dongho dengan beberapa tas belanja di sana.

"Kak Dongho? Pffft, ngapain?"

"Malah ketawa, sini bantu."

Guanlin berlari kecil menuju kakak kelas sekaligus sahabatnya itu dan membawa setengah dari bawaannya.

"Ini apa, sih?"

"Belanjaan titipan ibu," Dongho mengusap keringat di keningnya, "by the way, thanks."

"No problem," Guanlin tersenyum.

"Susah ya, Lin."

"Susah?"

"Hm, susah jadi anak yang nurut sama orang tua."

"Ya memang," Guanlin mengangguk, "tapi tahu nggak ada yang lebih susah dari pada itu?"

"Aku pikir itu udah yang paling susah."

"Nggak," Guanlin tersenyum kecut, "lebih susah berusaha melepaskan orang yang kita cintai."

Dongho diam. Pikirannya berputar, mencari berbagai kemungkinan alasan mengapa Guanlin menjadi melankolis seperti sekarang.

"Seonho?"

Guanlin mengangguk.

"Well, aku yakin dia ke sana juga serius belajar. Tenang saja, kamu nggak akan ditinggal main belakang."

"Berani jamin?"

"Semoga saja seperti itu."

"Mana bisa aku percaya kalau kakak cuma menyemogakan," Guanlin menendang pelan betis Dongho.

"Pikiranmu itu yang baik-baik aja, dong," Dongho mengambil dua kaleng cola dari salah satu tas belanjaannya, "nih, ambil satu."

"Itu kan punya Tante Kang?"

"Ambil, mana kuat ibu minum banyak cola," Dongho berhenti dan duduk di kursi tepi jalan, membuat Guanlin turut serta, "kamu sehat-sehat terus ya, Lin. Sepi tiap nggak ada yang biasa kita rusuhin."
















Author notes :

1. Halo, aku kembali, maaf kalau kali ini belum bisa maksimal. Baru dalam tahap pemanasan untuk menulis lagi ☺
2. I just read this article and... I can't express my feeling right now.

 I can't express my feeling right now

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cigarette +guanhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang