열여섯

1.4K 256 40
                                    

"Seonho, bantu aku, yuk!"



Seonho yang baru saja mengemasi bukunya mendongak, ada Euiwoong di sana.



"Bantu apa, Woong?"



"Ikut oprec pagelaran teater sekolah, ya?"



"Memangnya dari anak OSIS kurang? Berapa yang sudah daftar?"



"Anak OSIS kelas XI banyak yang tidak ikut, yang sudah daftar juga belum memenuhi kuota. Maklum, sudah musim ujian," Euiwoong duduk di kursi depan Seonho yang telah kosong, "kamu sudah pengalaman ikut dan mengurus teater sejak SMP, kan? Ayolah."



"Ah, kalau ikut oprec kayaknya aku nggak bisa. Aku nggak rajin ikut rapat rutin."



Euiwoong cemberut, "Ya sudah, tapi kamu mau, kan, kalau sekedar sharing dan kasih masukan buat kita? Nggak selalu ikut waktu rapat, kok."



"Hm, boleh," Seonho tersenyum.



"Ya sudah, ayo ikut," Euiwoong berdiri, menarik tangan Seonho.



"Eh? Ngapain?"



"Anak-anak inti sekarang lagi kumpul, aku mau kamu kasih masukan sekarang aja."



Seonho diam. Sebenarnya, sepulang sekolah ia akan pergi menjenguk Guanlin. Pukul sepuluh tadi pagi, Guanlin sudah selesai kemoterapi dan ia tidak ingin kejadian tidak-menjenguk-Guanlin sebelumnya terulang kembali.



"Kok diam, Ho?"



"Aku.. sebenarnya," Seonho menggigit kecil bibir bawahnya, "aku ada urusan sekarang, jadi tidak bisa."



"Ayo, 15 menit saja, kok."

















-Cigarette-

















Hyungseob mengecek kembali jam tangannya, sudah kelima kalinya. Ia menunggu di halte sudah setengah jam setelah bel pulang sekolahnya berbunyi dan sampai sekarang, bus yang ia tunggu belum juga datang.



"Oi."



Hyungseob memutar bola matanya. Sungguh, dia tidak suka jika seseorang memanggilnya seperti itu. Apa susahnya, sih, memanggil dengan nama?



"Oi!"



"Apa, sih?" Hyungseob menengok, melihat seseorang yang datang dengan motornya.



"Kalau dipanggil itu jawab."



"Bisa panggil orang lebih sopan nggak, sih? Memangnya kamu suka dipanggil seperti itu?"



"Ayo naik, daripada lumutan di situ."



"Aku baru ngomong sama kamu, lho."



"Hm, iya-iya," orang itu melepas helmnya, turun dari motor, dan menghampiri Hyungseob, "maaf deh, nggak lagi."



"Kalau kamu nggak ubah sikap, gimana nanti kalau kamu sudah kuliah? Nggak malu bersikap kekanakan seperti tadi?" Hyungseob menatap tajam orang yang kini duduk di sampingnya, "percuma terlihat keren di sekolah sebagai Park Woojin kalau masih seperti itu."



"Kadang kamu itu kaya ibuku, tahu nggak?" Woojin terkikik, "bahkan ibu kandungku sendiri jarang bawelin aku kaya kamu."



"Ya sudah, aku diam."



Cigarette +guanhoDär berättelser lever. Upptäck nu