아홉

1.6K 337 129
                                    

Guanlin mengunci ponselnya setelah Jihoon tak kunjung menjawab panggilannya. Terhitung sudah 21 kali Guanlin mencoba, tapi sama saja, Jihoon tidak merespon.



Drrrt



Layar yang tadinya gelap itu kembali terang dan menampilkan sebuah pop up pesan baru dari ibunya.



MAMA

Guanlin, pulang, yuk. Kita makan malam bareng di rumah.
19.09



Baru dua huruf sempurna ia ketik pada kolom balasan, gerbang di depannya terbuka. Jihoon di sana dengan piyama abu-abu.



"Maaf, aku ketiduran," Jihoon menguap, "ayo masuk, aku kaaaangeeeeen."
















"Ma, sudah, jangan nangis terus."



"Anak kita, Pa, mama nggak rela penyakit separah itu menggerogoti tubuhnya."



Woochan yang juga berada di meja makan, tepat di depan ibunya, tetap setia menunduk sejak ibunya mendapat telepon dari Seonho. Ia tidak tega melihat ibunya menangis seperti itu, tidak juga bisa menahan tangis yang sama mengingat kakak lelakinya kesakitan.



"Di sisa hidupnya, mama pengin bahagiain Guanlin."



"Mama.." Woochan akhirnya mengangkat kepala, "Kak Guanlin bakal bareng kita terus sampai tua!"



Ibunya justru semakin keras menangis, "Woochan, dokter sudah mengeluarkan vonisnya.."



"Kita belum konfirmasikan ke Guanlin sendiri, jadi, jangan nangis lagi, Ma, kita tunggu dia pulang."















"Kamu tadi ngapain aja, sih?"



Jihoon yang sedang berada di pangkuan Guanlin berbalik arah menatapnya. Nada bicaranya sinis sekali.



"Tidak istimewa," Guanlin mengusap rambut kekasihnya, "hanya makan takoyaki, es krim, dan main games."

"Cih, konyol," Jihoon menyandarkan tubuhnya pada Guanlin, "untuk apa bermain permainan-permainan itu? Seperti anak kecil."



"Aku tahu, itu bukan stylemu," Guanlin terkekeh.



"Lalu itu stylemu? Kamu juga bermain, kan?"


"Styleku itu kamu, Park Jihoon."

[Oke, aku baper Wanna One Go season 2.]



"Apa, sih! Gombal!"



"Oh, ya," Guanlin memeluk pinggang Jihoon erat, "kalau umurku tidak panjang lagi, bagaimana?"



"Jangan becanda," Jihoon menjawab santai.



"Tapi, mungkin saj--uhuk!"



Jihoon refleks menyingkir ketika Guanlin kembali batuk, "Guanlin, jangan jorok!"



Jihoon berbalik dan menyadari sesuatu, darah. Di sudut bibir Guanlin tersisa darah, ia yakin, meski Guanlin mencoba menutupi dan segera membersihkannya.



Cigarette +guanhoWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu